Aqidah Islamiyyah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aqidah merupakan salah satu ajaran Islam
yang memiliki kedudukan sangat penting di dalam diri seorang muslim. Ibarat
suatu bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran islam yang lainnya
seperti ibadah dan akhlaq merupakan sesuatu yang dibangun di atasnya. Suatu
bangunan yang dibangun tanpa pondasi adalah suatu bangunan yang rapuh. Tak
perlu badai atau gempa untuk meruntuhkannya, bahkan untuk sekedar menahan atau
menanggung beban atap saja bangunan tersebut akan runtuh dan hancur berantakan.
Menurut Prof.
Nur Cholis Majid mengaiktan kedua hal tadi dengan pernataanya (dalam
makna) “Iman dan Amal sholeh bagaikan 2
mata uang yang ketika hilang salah satu
berarti ketiadaan keduanya”. Dari urgentinitas tersebut, kami pemakalah mencoba
memaparkan keduanya dalam makalah ringkas ini.
B.Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Akidah Islamiyyah?
2. Apa sajakah ruang lingkup pembahasan Akidah
Islamiyyah?
3. Bagaimana hubungan Akidah dan Syariah?
BAB II
PEMBAHASAN
- Takrif Akidah Islamiyah
‘Aqidah (اَلْعَقِيْدَةُ) menurut
bahasa Arab (etimologi) berasal dari kata al-‘aqdu (الْعَقْدُ) yang berarti ikatan, at-tautsiiqu (التَّوْثِيْقُ) yang berarti
kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu (اْلإِحْكَامُ) yang artinya
mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah (الرَّبْطُ بِقُوَّةٍ) yang berarti mengikat dengan kuat.[1]
Sedangkan menurut Istilah (terminologi), ‘aqidah adalah
iman yang teguh dan pasti tanpa ada keraguan sedikit pun bagi orang yang
meyakininya.[2]
Jadi ‘Aqidah islamiyyah adalah keimanan yang bersifat teguh
dan pasti kepada Allah SWT, dengan segala kewajiban, bertauhid[3],
dan ta’at kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya,
Kitab-kitab-Nya, hari akhir, takdir baik dan buruk, dan mengimani seluruh
apa-apa yang telah sahih tentang prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin),
perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma’ (konsensu)
dari Shalafush shalih, serta seluruh brita-berita qath’i (pasti), baik secara
ilmiyah maupun secara amaliyah yang telah di tetapkan menurut Al-Qur’an dan
As-Sunnah yang shahih serta ijma’ Salafush Shalih. [4]
- Ruang Lingkup Pembahasan Akidah Islamiyyah
Dalam pembinaan akhlak mulia merupakan ajaran dasar dalam Islam dan pernah
diamalkan seseorang, nilai-nilai yang harus dimasukkan ke dalam dirinya dari
semasa ia kecil. Ibadah dalam Islam erat sekali hubungannya dengan
pendidikan aqidah dan akhlak. Ibadah dalam Al-Qur’an dikaitkan dengan taqwa,
dan taqwa berarti pelaksanaan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Larangan Allah berhubungan perbuatan tidak baik, orang bertaqwa adalah orang
yang menggunakan akalnya dan pembinaan akhlak adalah ajaran paling dasar
dalamIslam.
Hasan al-Banna mengatakan bahwa ruang lingkup aqidah islam meliputi
ilahiyah, nubuwwah, ruhuniyah, dan sam’iyah.
1.
Ilahiyah
Ilahiyah yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
Allah, seperti wujud, nama-nama, sifat-sifat, dan perbuatan-perbuatan Allah
swt.
a. Wujud Allah SWT
Bagaimana kita mengetahui wujud Allah? Jawabannya, ketika kita melihat
matahari, bulan, bintang dan planet bergerak teratur, malam dan siang berganti
dengan keteraturan yang amat detil. Mungkinkah mereka bergerak sendiri? Tidak
diragukan lagi bahwa semuanya telah diciptakan dan diatur oleh Allah swt. Jika
Allah tidak ada, kita memohon ampunan kepada-Nya mustahil matahari,
bulan, bintang-bintang, planet, siang, dan malam menjadi ada dan bertahan
dengan pergerakannya yang amat teratur. Dengan demikian pula tidak akan ada
makhluk yang sangat tergantung dengan mereka semua.
Wujud Allah telah dibuktikan oleh fitrah, akal, syara’ dan indera.
1)
Dalil Fitrah
Bukti fitrah tentang wujud Allah
adalah bahwa iman kepada sang Pencipta merupakan fitrah setiap makhluk, tanpa
terlebih dahulu berpikir atau belajar. Tidak akan berpaling dari tuntutan
fitrah ini, kecuali orang yang di dalam hatinya terdapat sesuatu yang dapat
memalingkannya. Rasulullah bersabda:
مَا مِنْ
مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ
يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ.
“Semua bayi
yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu bapaknyalah yang menjadikannya
Yahudi, Kristen, atau Majusi. ” (HR. Al Bukhari)
Ketika seseorang melihat makhluk ciptaan Allah yang berbeda-beda bentuk,
warna, jenis dan sebagainya, akal akan menyimpulkan ada semuanya itu tentu ada
yang mengadakannya dan tidak mungkin ada dengan sendirinya. Dan panca indera
kita mengakui adanya Allah di mana, kita melihat ada orang yang berdo’a,
menyeru Allah dan meminta sesuatu, lalu Allah mengabulkan do’anya.
Adapun tentang pengakuan fitrah telah disebutkan oleh Allah di dalam
Al-Qur’an:
“Dan
ingatlah ketika Tuhanmu menurunkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka
dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
‘Bukankah Aku ini Tuhanmu’ Mereka menjawab: ‘ (Betul Engkau Tuhan kami) kami
mempersaksikannya (Kami lakukan yang demikian itu) agar kalian pada hari kiamat
tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami bani Adam adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan-Mu) atau agar kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya
orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu sedangkan kami
ini adalah anak-anak keturunan yang datang setelah mereka.’” (QS. Al A’raf:
172-173).
Ayat ini
merupakan dalil yang sangat jelas bahwa fitrah seseorang mengakui adanya Allah
dan juga menunjukkan, bahwa manusia dengan fitrahnya mengenal Rabbnya. Adapun
bukti syari’at, kita menyakini bahwa syari’at Allah yang dibawa para Rasul yang
mengandung maslahat bagi seluruh makhluk, menunjukkan bahwa syari’at itu datang
dari sisi Dzat yang Maha Bijaksana.
2)
Dalil Al Hissyi (Dalil Indrawi)
Bukti indera tentang wujud Allah dapat dibagi menjadi dua:
a)
Kita dapat mendengar dan menyaksikan
terkabulnya doa orang-orang yang berdoa serta pertolongan-Nya yang diberikan
kepada orang-orang yang mendapatkan musibah. Hal ini menunjukkan secara pasti
tentang wujud Allah.
b)
Tanda-tanda para Nabi yang disebut mu’jizat, yang dapat disaksikan atau
didengar banyak orang merupakan bukti yang jelas tentang keberadaan Yang
Mengutus para Nabi tersebut, yaitu Allah, karena hal-hal itu berada di luar
kemampuan manusia. Allah melakukannya sebagai pemerkuat dan penolong bagi
para Rasul.
3)
Dalil ‘Aqli (dalil akal pikiran)
Bukti akal tentang adanya Allah adalah proses terjadinya semua makhluk,
bahwa semua makhluk, yang terdahulu maupun yang akan datang, pasti ada yang
menciptakan. Tidak mungkin makhluk menciptakan dirinya sendiri, dan tidak
mungkin pula tercipta secara kebetulan. Tidak mungkin wujud itu ada dengan
sendirinya, karena segala sesuatu tidak akan dapat menciptakan dirinya sendiri.
Sebelum wujudnya tampak, berarti tidak ada.
Agama mengajari kita identitas Pencipta kita yang keberadaannya kita
temukan melalui akal kita. Melalui agama yang diungkapkan kepada kita, kita
tahu bahwa Dia itu Allah, Maha Pengasih dan Maha Pemurah, Yang menciptakan
langit dan bumi dari kehampaan.
4)
Dalil Naqli (Dalil Syara’)
Bukti syara’ tentang wujud Allah bahwa seluruh kitab langit berbicara
tentang itu. Seluruh hukum yang mengandung kemaslahatan manusia yang dibawa
kitab-kitab tersebut merupakan dalil bahwa kitab-kitab itu datang dari Rabb
yang Maha Bijaksana dan Mengetahui segala kemaslahatan makhluknya. Berita-berita
alam semesta yang dapat disaksikan oleh realitas akan kebenarannya yang
didatangkan kitab-kitab itu juga merupakan dalil atau bukti bahwa kitab-kitab
itu datang dari Rabb yang Maha Kuasa untuk mewujudkan apa yang diberitakan itu.
Demikian juga adanya para Rasul
dan agama yang bersesuaian dengan kemaslahatan umat manusia menunjukkan adanya
Allah, karena tidak mungkin ada agama dan Rasul kecuali ada yang mengutusnya. Akan tetapi
agama-agama yang ada selain Islam telah mengalami penyimpangan dan perubahan
sehingga mereka menyimpang dari jalan yang lurus.
Setelah kita mengenal dan
mengimani keberadaan Allah sebagaimana telah dijelaskan diatas, maka perlu kita
kenali Allah sebagai Rabb yang telah menciptakan, memiliki dan mengatur semua
makhluknya, Dialah satu-satunya pencipta yang mengadakan sesuatu dari
ketiadaan.
Dari semua dalil-dalil yang dapat dilihat di atas itu adalah berfungsi
menguatkan pandangan kita betapa keagungan Allah swt begitu luar biasa dan
menundukkan kita sendiri di hadapan keagungan ini. Langsung mencetuskan
Tauhidullah yang luar biasa.
b.
Mengenal
sifat-sifat Allah swt (مَعْرِفَةُ صِفَاتِ اللهِ)
Bagaimana
kita mengenal sifat Allah? Kita dapat mengenal sifat Allah swt melalui:
- التَّفْكِيْرُ فِي مَخْلُوقَاتِ اللهِ Tafakkur (memikirkan) ciptaan Allah.
- التَّعَلُّمُ مِنْ رُسُلِهِ Belajar dari ajaran yang dibawa para rasul.
2.
Nubuwwah
Nubuwwah yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
nabi dan rasul, termasuk pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah, mukjizat, dan
keramat.
a. Nabi dan Rasul Allah
Nabi adalah manusia yang diberikan wahyu kepadanya dengan membawa syariat
untuk diamalkan dan tidak diperintahkan untuk menyampaikannya. Sedangkan rasul
adalah manusia yang diberikan wahyu kepadanya untuk diamalkan dan diperintahkan
untuk menyampaikannya. Setiap rasul adalah nabi akan tetapi tidak setiap nabi
adalah rasul.
b.
Kitab-kitab
Allah
Kitab-Kitab Samawi Yang Disebutkan Di dalam Al Quran:
Shuhuf Ibrahim, Shuhuf Musa, Taurat, Zabur, Injil, dan Al Quran.
Nama-Nama Lain Al Quran
Al Furqan, At Tanzil, Adz Dzikru, Al Kitab, dan Al Quran.
Sifat – sifat Al-Qur’an
Nuur, Mubin, Huda, Syiifa, Rahmah, Mau’idzah, Basyir, Nazir, dan Mubarak.
Kedudukan Al Quran
1)
Al Quran adalah manhaj tarbiyah
islamiyah
2)
Al Quran sebagai kitab syari’ah
3)
Al Quran sebagai petunjuk jalan
dalam kehidupan ini
4)
Al Quran sebagai penyeru kepada
penghayatan (taddabur) ayat-ayat Allah swt di dalam Al Quran atau alam ini
5)
Al Quran sebagai mashdar ma’rifah
(referensi) sejarah yang mulia
c. Mukjizat dan Keramat
Mukjizat membawa maksud suatu
keadaan yang luar biasa berlaku atas kehendak dan kekuasaan Allah sebagai
membuktikan kerasulan rasul-rasul yang telah dilantik.
Sedangkan
keramat atau karamah juga adalah tergolong dalam hal-hal yang luar biasa yang
terdapat pada diri seorang Wali Allah. Akan tetepi cara ianya tidak disertai
dengan dakwah kenabian.
Jenis-Jenis
Mukjizat
Mukjizat
boleh dibagikan kepada dua jenis, yaitu:
1)
Mukjizat Hissy
Mukjizat hissy
ialah mukjizat yang dapat dicapai dan dirasai oleh pancaindera. Mukjizat jenis
ini lebih mempengaruhi jiwa umum dan ianya mudah dimengerti oleh semua golongan
manusia. Kebanyakan mukjizat yang Allah beri kepada para nabi dan rasul dari
kalangan bani Israel ialah berupa mukjizat hissy.
Ini kerana umat
manusia pada masa itu kecerdasan mereka terlalu rendah. Sebagai contohnya,
mukjizat nabi Musa a.s adalah terletak pada tongkatnya yang boleh bertukar
menjadi ular. Manakala Nabi Isa a.s pula boleh menyembuhkan penyakit sopak,
menghidupkan orang yang sudah mati dan sebagainya.
2) Mukjizat
Aqli
Mukjizat
Aqli ialah mukjizat yang hanya dapat difahami oleh manusia dengan akal serta
mata hati sahaja. Mukjizat jenis ini hanya dikurniakan kepada Nabi Muhammad
sahaja iaitu Al Quran. Di samping itu Nabi Muhammad saw juga mempunyai mukjizat
hissy, ini kerana umat yang dihadapi oleh Nabi Muhammad saw adalah bersifat
yang kian hari kian maju fikirannya. Dengan lain perkataan mukjizat Al Quran
itu boleh difahami dengan menggunakan akal fikiran yang murni dan mata hati
memandangkan kandungannya adalah sesuai dengan ilmu pengetahun dan akal manusia
serta terang terbukit kebenarannya.
3.
Ruhaniyah
Ruhaniyah yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
alam metafisik, seperti malaikat, jin, iblis, dan roh.
4.
Sam’iyah
Sam’iyah yaitu pembahasan tentang
segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sama’i. Maksudnya, melalui dalil
naqli berupa Al-Qur’an dan As-sunah, seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur,
tanda-tanda kiamat, surga, neraka, dan lainnya.
a. Alam Barzakh
Adapun peristiwa di alam kubur
atau di alam barzakh bermula apabila seseorang itu telah mati dan kemudiannya
dimasukkan ke dalam kubur. Di alam kubur itulah seseorang itu dikatakan berada di
alam barzakh. Barzakh ialah dinding pemisah di antara dua alam yang akan
dialami oleh setiap manusia yaitu di antara alam dunia dengan alam akhirat.
Setelah seseorang itu mati, dia akan kembali ke alam akhirat tetapi sebelum
menempuh alam akhirat, dia akan berada di alam barzakh terlebih dahulu. Alam
akhirat yang sebenarnya ialah alam Mahsyar iaitu setelah berlaku kiamat yang
seterusnya manusia akan menuju ke syurga atau ke neraka. Jadi, alam barzakh
ialah tempat seseorang itu akan menunggu setelah dia mati sebelum dia
dibangkitkan semula oleh Allah SWT di hari kiamat nanti
b. Tanda-tanda Kiamat Menurut Islam
Sepuluh tanda-tanda qiamat yang disebutkan Rasulullah saw. dalam hadis ini
adalah tanda-tanda qiamat yang besar-besar, akan terjadi di saat hampir tibanya
hari qiamat. Sepuluh tanda itu ialah:
1)
Dukhan (asap) yang akan keluar dan
mengakibatkan penyakit yang seperti selsema di kalangan orang-orang yang
beriman dan akan mematikan semua orang kafir.
2)
Dajjal yang akan membawa fitnah
besar yang akan meragut keimanan, hinggakan ramai orang yang akan terpedaya
dengan seruannya.
3)
Dabbah-Binatang besar yang keluar
berhampiran Bukit Shafa di Mekah yang akan bercakap bahawa manusia tidak
beriman lagi kepada Allah swt.
4)
Matahari akan terbit dari tempat
tenggelamnya. Maka pada saat itu Allah swt. tidak lagi menerima iman orang
kafir dan tidak menerima taubat daripada orang yang berdosa.
5)
Turunnya Nabi Isa alaihissalam ke
permukaan bumi ini. Beliau akan mendukung pemerintahan Imam Mahadi yang
berdaulat pada masa itu dan beliau akan mematahkan segala salib yang dibuat
oleb orang-orang Kristian dan beliau juga yang akan membunuh Dajjal.
6)
Keluarnya bangsa Ya’juj dan Ma’juj
yang akan membuat kerusakan dipermukaan bumi ini, yaitu apabila mereka berjaya
menghancurkan dinding yang dibuat dari besi bercampur tembaga yang telah
didirikan oleh Zul Qarnain bersama dengan pembantu-pembantunya pada zaman
dahulu.
7)
Gempa bumi di Timur.. Bisa jadi ini
mengacu kepada gempa di China, Tsunami di Aceh.
8)
Gempa bumi di Barat. Bisa jadi ini
akan terjadi di daerah Mexico, Argentina, Brazilia dan negara-negara Amerika
Latin
9)
Gempa bumi di Semenanjung Arab..
Kemungkinan kasus longsor di Mesir sebagai pembukanya.
10) Api besar
yang akan menghalau manusia menuju ke Padang Mahsyar. Api itu akan bermula dari
arah negeri Yaman.
Di samping ruang lingkup di atas, pembahasan akidah bisa juga mengikuti
sistematikaarkanul iman(rukun iman). Kita ketahui bersama bahwa rukun iman itu
ada 6 yaitu:
1)
Iman kepada Allah
2)
Iman kepada malaikat(termasuk
pembahasan tentang makhluk rohani, seperti jin, iblis, dan setan)
3)
Iman kepada kitab-kitab Allah
4)
Iman kepada Nabi dan Rasul Allah.
5)
Iman kepada hari akhir
6)
Iman kepada Qada dan Qadar.
- Hubungan antara Akidah dan Syariat
Sebagaimana
telah di jelaskan diatas bahwasanya akidah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti, yang tidak ada
keraguan sedikitpun bagi orang meyakininya. Sedangkan syariah berarti aturan atau undang-undang yang diturunkan
Allah untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, mengatur hubungan sesama
manusia, dan hubungan manusia dengan alam semesta.
Dalam bentuk
struktur islam, Akidah adalah dasar (pokok), di atasnya dibangun syari’at yang
menjadi suatu kesan(jejak langkah) yang mesti mengikuti dan melayani akidah.[5] Sebagaimana
Jadi, menjalankan syariat merupakan
implementasi dari akidah. Keduanya pun menjadi dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. Seseorang yang beriman tanpa syariah adalah Fasik. Sedang
bersyariah tetapi berakidah yang bertentangan dengan akidah islamiyah adalah
Munafik. Dan seseorang yang tidak berakidah dan bersyariah isalmiyah adalah
Kafir.[6]
Al-qur’an telah mengungkapkan
kepercayaan dengan imandan mengenai syari’at dengan amal perbuatan yang baik
dan sholeh. Hal ini telah disebutkan dalam ayat-aytat al-Qur’an yaitu antara
lain : surat al-Kahfi ayat 107 dan 108, surat al-Ashr ayat 1, 2, dan 3.[7]
Dengan ayat-ayat tersebut ternyatalah
islam itu bukanlah semata-mata kepercayaan saja dan tidaklah hana mengatur
hubungan diantara manusia dengan Tuhannya belaka. Tetapi adalah kepercayaan dan
peraturan segi-segi kebaikan di dalam kehidupan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa aqidah (kepercayaan) itu sesuatu hal yang pertama-tama yang
diserahkan oleh rasulullah dan yang dituntutnya
dari manusia untuk dipercayai dalam tahapan pertama daripada tahapan
dakwah islamiyah dan merupakan seruan setiap Rasul yang di utus Oleh Allah SWT,
kebenaran itu dipatrikan oleh manusia dan diyakini keshahihan dan keberadaannya
secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu
Sedangkan syariah adalah peraturan-peraturan yang diciptakan Allah atau yang
diciptakan pokok-pokok nya didalam berhubungan dengan tuhannya, saudara sesama
manusia, dengan alam dan hubungannya dengan kehidupan.
B. Saran
Demikianlah pembahasan makalah yang dapat kami paparkan dalam memenuhi
tugas. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kejanggalan. Oleh karena itu kritik serta saran yang membangun
sangat kami harapkan guna menambah kesempurnaan kita dalam menambah wawasan serta
dalam rangka menambah ilmu.
Daftar Pustaka
Abdul Qodir
Jawas, Yazid, Syarah ‘aqidah ahlus sunnah wal jamaah, 2006, Bogor:
Pustaka Imam Safi’i.
Romas,Ghofir, Ilmu
Tauhid, 1997, Semarang: Badan Penerbit Fakultas Dakwah IAIN Walisongo
Semarang.
Shaltut, Mahmud, Akidah dan Syariat
islam, 1994, Jakarta: Bumi Aksara
Zuhdi,Masjfuk, Studi Islam jilid 1 : Akidah,1993,
Jakarta: PT.Raja Grafindo
[4] Nashir
bin ‘Abdul Karim al-‘Aql, Buhuuts
fii’Aqidah Ahlis Sunnah wal
jamaa’ah cet. II/ Daarul ‘Ashimah, 1419, hal 11-12 dan Syekh
Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, ‘Aqiidah Ahlis Sunnah wal jamaa’ah dan Mujmal Ushul Ahlis Sunnah
wal jamaa’ah fil ‘Aqiidah hal 13-14
[7] A. Ghofir romas, Ilmu Tauhid, Semarang: Badan Penerbit
Fakultas
Dakwah IAIN Walisongo Semarang, 1997, hal.
46.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar