SELAMAT DATANG - SELAMAT MEMBACA - SEMOGA BERMANFAAT - TERIMAKASIH

SELAMAT DATANG - SELAMAT MEMBACA - SEMOGA BERMANFAAT - TERIMAKASIH

Sabtu, 24 Oktober 2015

Makalah Aqidah



Aqidah Islamiyyah
BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Aqidah merupakan salah satu ajaran Islam yang memiliki kedudukan sangat penting di dalam diri seorang muslim. Ibarat suatu bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran islam yang lainnya seperti ibadah dan akhlaq merupakan sesuatu yang dibangun di atasnya. Suatu bangunan yang dibangun tanpa pondasi adalah suatu bangunan yang rapuh. Tak perlu badai atau gempa untuk meruntuhkannya, bahkan untuk sekedar menahan atau menanggung beban atap saja bangunan tersebut akan runtuh dan hancur berantakan.
Menurut Prof. Nur Cholis Majid mengaiktan kedua hal tadi dengan pernataanya (dalam makna)  “Iman dan Amal sholeh bagaikan 2 mata uang  yang ketika hilang salah satu berarti ketiadaan keduanya”. Dari urgentinitas tersebut, kami pemakalah mencoba memaparkan keduanya dalam makalah ringkas ini.
B.Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Akidah Islamiyyah?
2. Apa sajakah ruang lingkup pembahasan Akidah Islamiyyah?
3. Bagaimana hubungan Akidah dan Syariah?
BAB II
PEMBAHASAN

  1. Takrif Akidah Islamiyah
‘Aqidah (اَلْعَقِيْدَةُ) menurut  bahasa Arab (etimologi) berasal dari kata al-‘aqdu (الْعَقْدُ) yang berarti ikatan, at-tautsiiqu (التَّوْثِيْقُ) yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu (اْلإِحْكَامُ) yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah (الرَّبْطُ بِقُوَّةٍ) yang berarti mengikat dengan kuat.[1]
Sedangkan menurut Istilah (terminologi), ‘aqidah adalah iman yang teguh dan pasti tanpa ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.[2]
Jadi ‘Aqidah islamiyyah adalah keimanan yang bersifat teguh dan pasti kepada Allah SWT, dengan segala kewajiban, bertauhid[3], dan ta’at kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya, hari akhir, takdir baik dan buruk, dan mengimani seluruh apa-apa yang telah sahih tentang prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma’ (konsensu) dari Shalafush shalih, serta seluruh brita-berita qath’i (pasti), baik secara ilmiyah maupun secara amaliyah yang telah di tetapkan menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma’ Salafush Shalih. [4]
  1. Ruang Lingkup Pembahasan Akidah Islamiyyah
Dalam pembinaan akhlak mulia merupakan ajaran dasar dalam Islam dan pernah diamalkan seseorang, nilai-nilai yang harus dimasukkan ke dalam dirinya dari semasa ia kecil. Ibadah dalam Islam erat sekali hubungannya dengan pendidikan aqidah dan akhlak. Ibadah dalam Al-Qur’an dikaitkan dengan taqwa, dan taqwa berarti pelaksanaan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Larangan Allah berhubungan perbuatan tidak baik, orang bertaqwa adalah orang yang menggunakan akalnya dan pembinaan akhlak adalah ajaran paling dasar dalamIslam.
Hasan al-Banna mengatakan bahwa ruang lingkup aqidah islam meliputi ilahiyah, nubuwwah, ruhuniyah, dan sam’iyah.
1.      Ilahiyah
Ilahiyah yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah, seperti wujud, nama-nama, sifat-sifat, dan perbuatan-perbuatan Allah swt.
a.      Wujud Allah SWT
Bagaimana kita mengetahui wujud Allah? Jawabannya, ketika kita melihat matahari, bulan, bintang dan planet bergerak teratur, malam dan siang berganti dengan keteraturan yang amat detil. Mungkinkah mereka bergerak sendiri? Tidak diragukan lagi bahwa semuanya telah diciptakan dan diatur oleh Allah swt. Jika Allah tidak ada, kita memohon ampunan kepada-Nya  mustahil matahari, bulan, bintang-bintang, planet, siang, dan malam menjadi ada dan bertahan dengan pergerakannya yang amat teratur. Dengan demikian pula tidak akan ada makhluk yang sangat tergantung dengan mereka semua.
Wujud Allah telah dibuktikan oleh fitrah, akal, syara’ dan indera.
1)      Dalil Fitrah
Bukti fitrah tentang wujud Allah adalah bahwa iman kepada sang Pencipta merupakan fitrah setiap makhluk, tanpa terlebih dahulu berpikir atau belajar. Tidak akan berpaling dari tuntutan fitrah ini, kecuali orang yang di dalam hatinya terdapat sesuatu yang dapat memalingkannya. Rasulullah bersabda:
مَا مِنْ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ.
“Semua bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, Kristen, atau Majusi. ” (HR. Al Bukhari)
Ketika seseorang melihat makhluk ciptaan Allah yang berbeda-beda bentuk, warna, jenis dan sebagainya, akal akan menyimpulkan ada semuanya itu tentu ada yang mengadakannya dan tidak mungkin ada dengan sendirinya. Dan panca indera kita mengakui adanya Allah di mana, kita melihat ada orang yang berdo’a, menyeru Allah dan meminta sesuatu, lalu Allah mengabulkan do’anya.
Adapun tentang pengakuan fitrah telah disebutkan oleh Allah di dalam Al-Qur’an:
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu menurunkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu’ Mereka menjawab: ‘ (Betul Engkau Tuhan kami) kami mempersaksikannya (Kami lakukan yang demikian itu) agar kalian pada hari kiamat tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan-Mu) atau agar kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu sedangkan kami ini adalah anak-anak keturunan yang datang setelah mereka.’” (QS. Al A’raf: 172-173).
Ayat ini merupakan dalil yang sangat jelas bahwa fitrah seseorang mengakui adanya Allah dan juga menunjukkan, bahwa manusia dengan fitrahnya mengenal Rabbnya. Adapun bukti syari’at, kita menyakini bahwa syari’at Allah yang dibawa para Rasul yang mengandung maslahat bagi seluruh makhluk, menunjukkan bahwa syari’at itu datang dari sisi Dzat yang Maha Bijaksana.
2)      Dalil Al Hissyi (Dalil Indrawi)
Bukti indera tentang wujud Allah dapat dibagi menjadi dua:
a)    Kita dapat mendengar dan menyaksikan terkabulnya doa orang-orang yang berdoa serta pertolongan-Nya yang diberikan kepada orang-orang yang mendapatkan musibah. Hal ini menunjukkan secara pasti tentang wujud Allah.
b)   Tanda-tanda para Nabi yang disebut mu’jizat, yang dapat disaksikan atau didengar banyak orang merupakan bukti yang jelas tentang keberadaan Yang Mengutus para Nabi tersebut, yaitu Allah, karena hal-hal itu berada di luar kemampuan manusia. Allah melakukannya sebagai pemerkuat dan penolong bagi para Rasul.
3)      Dalil ‘Aqli (dalil akal pikiran)
Bukti akal tentang adanya Allah adalah proses terjadinya semua makhluk, bahwa semua makhluk, yang terdahulu maupun yang akan datang, pasti ada yang menciptakan. Tidak mungkin makhluk menciptakan dirinya sendiri, dan tidak mungkin pula tercipta secara kebetulan. Tidak mungkin wujud itu ada dengan sendirinya, karena segala sesuatu tidak akan dapat menciptakan dirinya sendiri. Sebelum wujudnya tampak, berarti tidak ada.
Agama mengajari kita identitas Pencipta kita yang keberadaannya kita temukan melalui akal kita. Melalui agama yang diungkapkan kepada kita, kita tahu bahwa Dia itu Allah, Maha Pengasih dan Maha Pemurah, Yang menciptakan langit dan bumi dari kehampaan.
4)      Dalil Naqli (Dalil Syara’)
Bukti syara’ tentang wujud Allah bahwa seluruh kitab langit berbicara tentang itu. Seluruh hukum yang mengandung kemaslahatan manusia yang dibawa kitab-kitab tersebut merupakan dalil bahwa kitab-kitab itu datang dari Rabb yang Maha Bijaksana dan Mengetahui segala kemaslahatan makhluknya. Berita-berita alam semesta yang dapat disaksikan oleh realitas akan kebenarannya yang didatangkan kitab-kitab itu juga merupakan dalil atau bukti bahwa kitab-kitab itu datang dari Rabb yang Maha Kuasa untuk mewujudkan apa yang diberitakan itu.
Demikian juga adanya para Rasul dan agama yang bersesuaian dengan kemaslahatan umat manusia menunjukkan adanya Allah, karena tidak mungkin ada agama dan Rasul kecuali ada yang mengutusnya. Akan tetapi agama-agama yang ada selain Islam telah mengalami penyimpangan dan perubahan sehingga mereka menyimpang dari jalan yang lurus.
Setelah kita mengenal dan mengimani keberadaan Allah sebagaimana telah dijelaskan diatas, maka perlu kita kenali Allah sebagai Rabb yang telah menciptakan, memiliki dan mengatur semua makhluknya, Dialah satu-satunya pencipta yang mengadakan sesuatu dari ketiadaan.
Dari semua dalil-dalil yang dapat dilihat di atas itu adalah berfungsi menguatkan pandangan kita betapa keagungan Allah swt begitu luar biasa dan menundukkan kita sendiri di hadapan keagungan ini. Langsung mencetuskan Tauhidullah yang luar biasa.
b.      Mengenal sifat-sifat Allah swt (مَعْرِفَةُ صِفَاتِ اللهِ)
Bagaimana kita mengenal sifat Allah? Kita dapat mengenal sifat Allah swt melalui:
  1. التَّفْكِيْرُ فِي مَخْلُوقَاتِ اللهِ Tafakkur (memikirkan) ciptaan Allah.
  2. التَّعَلُّمُ مِنْ رُسُلِهِ  Belajar dari ajaran yang dibawa para rasul.
2.      Nubuwwah
Nubuwwah yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan nabi dan rasul, termasuk pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah, mukjizat, dan keramat.
a.      Nabi dan Rasul Allah
Nabi adalah manusia yang diberikan wahyu kepadanya dengan membawa syariat untuk diamalkan dan tidak diperintahkan untuk menyampaikannya. Sedangkan rasul adalah manusia yang diberikan wahyu kepadanya untuk diamalkan dan diperintahkan untuk menyampaikannya. Setiap rasul adalah nabi akan tetapi tidak setiap nabi adalah rasul.
b.      Kitab-kitab Allah
Kitab-Kitab Samawi Yang Disebutkan Di dalam Al Quran:
Shuhuf Ibrahim, Shuhuf Musa, Taurat, Zabur, Injil, dan Al Quran.
Nama-Nama Lain Al Quran
Al Furqan, At Tanzil, Adz Dzikru, Al Kitab, dan Al Quran.
Sifat – sifat Al-Qur’an
Nuur, Mubin, Huda, Syiifa, Rahmah, Mau’idzah, Basyir, Nazir, dan Mubarak.
Kedudukan Al Quran
1)        Al Quran adalah manhaj tarbiyah islamiyah
2)        Al Quran sebagai kitab syari’ah
3)        Al Quran sebagai petunjuk jalan dalam kehidupan ini
4)        Al Quran sebagai penyeru kepada penghayatan (taddabur) ayat-ayat Allah swt di dalam Al Quran atau alam ini
5)        Al Quran sebagai mashdar ma’rifah (referensi) sejarah yang mulia
c.       Mukjizat dan Keramat
Mukjizat membawa maksud suatu keadaan yang luar biasa berlaku atas kehendak dan kekuasaan Allah sebagai membuktikan kerasulan rasul-rasul yang telah dilantik.
Sedangkan keramat atau karamah juga adalah tergolong dalam hal-hal yang luar biasa yang terdapat pada diri seorang Wali Allah. Akan tetepi cara ianya tidak disertai dengan dakwah kenabian.
Jenis-Jenis Mukjizat
Mukjizat boleh dibagikan kepada dua jenis, yaitu:
1)      Mukjizat Hissy
Mukjizat hissy ialah mukjizat yang dapat dicapai dan dirasai oleh pancaindera. Mukjizat jenis ini lebih mempengaruhi jiwa umum dan ianya mudah dimengerti oleh semua golongan manusia. Kebanyakan mukjizat yang Allah beri kepada para nabi dan rasul dari kalangan bani Israel ialah berupa mukjizat hissy.
Ini kerana umat manusia pada masa itu kecerdasan mereka terlalu rendah. Sebagai contohnya, mukjizat nabi Musa a.s adalah terletak pada tongkatnya yang boleh bertukar menjadi ular. Manakala Nabi Isa a.s pula boleh menyembuhkan penyakit sopak, menghidupkan orang yang sudah mati dan sebagainya.
2)      Mukjizat Aqli
Mukjizat Aqli ialah mukjizat yang hanya dapat difahami oleh manusia dengan akal serta mata hati sahaja. Mukjizat jenis ini hanya dikurniakan kepada Nabi Muhammad sahaja iaitu Al Quran. Di samping itu Nabi Muhammad saw juga mempunyai mukjizat hissy, ini kerana umat yang dihadapi oleh Nabi Muhammad saw adalah bersifat yang kian hari kian maju fikirannya. Dengan lain perkataan mukjizat Al Quran itu boleh difahami dengan menggunakan akal fikiran yang murni dan mata hati memandangkan kandungannya adalah sesuai dengan ilmu pengetahun dan akal manusia serta terang terbukit kebenarannya.
3.      Ruhaniyah
Ruhaniyah yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik, seperti malaikat, jin, iblis, dan roh.
4.      Sam’iyah
Sam’iyah yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sama’i. Maksudnya, melalui dalil naqli berupa Al-Qur’an dan As-sunah, seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga, neraka, dan lainnya.
a.      Alam Barzakh
Adapun peristiwa di alam kubur atau di alam barzakh bermula apabila seseorang itu telah mati dan kemudiannya dimasukkan ke dalam kubur. Di alam kubur itulah seseorang itu dikatakan berada di alam barzakh. Barzakh ialah dinding pemisah di antara dua alam yang akan dialami oleh setiap manusia yaitu di antara alam dunia dengan alam akhirat. Setelah seseorang itu mati, dia akan kembali ke alam akhirat tetapi sebelum menempuh alam akhirat, dia akan berada di alam barzakh terlebih dahulu. Alam akhirat yang sebenarnya ialah alam Mahsyar iaitu setelah berlaku kiamat yang seterusnya manusia akan menuju ke syurga atau ke neraka. Jadi, alam barzakh ialah tempat seseorang itu akan menunggu setelah dia mati sebelum dia dibangkitkan semula oleh Allah SWT di hari kiamat nanti
b.      Tanda-tanda Kiamat Menurut Islam
Sepuluh tanda-tanda qiamat yang disebutkan Rasulullah saw. dalam hadis ini adalah tanda-tanda qiamat yang besar-besar, akan terjadi di saat hampir tibanya hari qiamat. Sepuluh tanda itu ialah:
1)      Dukhan (asap) yang akan keluar dan mengakibatkan penyakit yang seperti selsema di kalangan orang-orang yang beriman dan akan mematikan semua orang kafir.
2)      Dajjal yang akan membawa fitnah besar yang akan meragut keimanan, hinggakan ramai orang yang akan terpedaya dengan seruannya.
3)      Dabbah-Binatang besar yang keluar berhampiran Bukit Shafa di Mekah yang akan bercakap bahawa manusia tidak beriman lagi kepada Allah swt.
4)      Matahari akan terbit dari tempat tenggelamnya. Maka pada saat itu Allah swt. tidak lagi menerima iman orang kafir dan tidak menerima taubat daripada orang yang berdosa.
5)      Turunnya Nabi Isa alaihissalam ke permukaan bumi ini. Beliau akan mendukung pemerintahan Imam Mahadi yang berdaulat pada masa itu dan beliau akan mematahkan segala salib yang dibuat oleb orang-orang Kristian dan beliau juga yang akan membunuh Dajjal.
6)      Keluarnya bangsa Ya’juj dan Ma’juj yang akan membuat kerusakan dipermukaan bumi ini, yaitu apabila mereka berjaya menghancurkan dinding yang dibuat dari besi bercampur tembaga yang telah didirikan oleh Zul Qarnain bersama dengan pembantu-pembantunya pada zaman dahulu.
7)      Gempa bumi di Timur.. Bisa jadi ini mengacu kepada gempa di China, Tsunami di Aceh.
8)      Gempa bumi di Barat. Bisa jadi ini akan terjadi di daerah Mexico, Argentina, Brazilia dan negara-negara Amerika Latin
9)      Gempa bumi di Semenanjung Arab.. Kemungkinan kasus longsor di Mesir sebagai pembukanya.
10)  Api besar yang akan menghalau manusia menuju ke Padang Mahsyar. Api itu akan bermula dari arah negeri Yaman.
Di samping ruang lingkup di atas, pembahasan akidah bisa juga mengikuti sistematikaarkanul iman(rukun iman). Kita ketahui bersama bahwa rukun iman itu ada 6 yaitu:
1)      Iman kepada Allah
2)      Iman kepada malaikat(termasuk pembahasan tentang makhluk rohani, seperti jin, iblis, dan setan)
3)      Iman kepada kitab-kitab Allah
4)      Iman kepada Nabi dan Rasul Allah.
5)      Iman kepada hari akhir
6)      Iman kepada Qada dan Qadar.
  1. Hubungan antara Akidah dan Syariat
Sebagaimana telah di jelaskan diatas bahwasanya akidah adalah keimanan  yang teguh dan bersifat pasti, yang tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang meyakininya. Sedangkan syariah berarti aturan atau undang-undang yang diturunkan Allah untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, mengatur hubungan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam semesta.
Dalam bentuk struktur islam, Akidah adalah dasar (pokok), di atasnya dibangun syari’at yang menjadi suatu kesan(jejak langkah) yang mesti mengikuti dan melayani akidah.[5]  Sebagaimana 
Jadi, menjalankan syariat merupakan implementasi dari akidah. Keduanya pun menjadi dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Seseorang yang beriman tanpa syariah adalah Fasik. Sedang bersyariah tetapi berakidah yang bertentangan dengan akidah islamiyah adalah Munafik. Dan seseorang yang tidak berakidah dan bersyariah isalmiyah adalah Kafir.[6]
Al-qur’an telah mengungkapkan kepercayaan dengan imandan mengenai syari’at dengan amal perbuatan yang baik dan sholeh. Hal ini telah disebutkan dalam ayat-aytat al-Qur’an yaitu antara lain : surat al-Kahfi ayat 107 dan 108, surat al-Ashr ayat 1, 2, dan 3.[7]
Dengan ayat-ayat tersebut ternyatalah islam itu bukanlah semata-mata kepercayaan saja dan tidaklah hana mengatur hubungan diantara manusia dengan Tuhannya belaka. Tetapi adalah kepercayaan dan peraturan segi-segi kebaikan di dalam kehidupan.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa aqidah (kepercayaan)  itu sesuatu hal yang pertama-tama yang diserahkan oleh rasulullah dan yang dituntutnya  dari manusia untuk dipercayai dalam tahapan pertama daripada tahapan dakwah islamiyah dan merupakan seruan setiap Rasul yang di utus Oleh Allah SWT, kebenaran itu dipatrikan oleh manusia dan diyakini keshahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu Sedangkan syariah adalah peraturan-peraturan yang diciptakan Allah atau yang diciptakan pokok-pokok nya didalam berhubungan dengan tuhannya, saudara sesama manusia, dengan alam dan hubungannya dengan kehidupan.
B.     Saran
Demikianlah pembahasan makalah  yang dapat kami paparkan dalam memenuhi tugas. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kejanggalan. Oleh karena itu kritik serta saran yang membangun sangat kami harapkan guna menambah kesempurnaan kita dalam menambah wawasan serta dalam rangka menambah ilmu.
Daftar Pustaka
Abdul Qodir Jawas, Yazid, Syarah ‘aqidah ahlus sunnah wal jamaah, 2006, Bogor: Pustaka Imam Safi’i.
Romas,Ghofir, Ilmu Tauhid, 1997, Semarang: Badan Penerbit Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang.
Shaltut, Mahmud, Akidah dan Syariat islam, 1994, Jakarta: Bumi Aksara

Zuhdi,Masjfuk, Studi Islam jilid 1 : Akidah,1993, Jakarta: PT.Raja Grafindo



[1] Ibnu Manzhur, Lissanul ‘Arab (IX/311: عقد) dan Mu’jamul Wasiith (II/614: (عقد
[2] Yazid bin Abdul Qodir Jawas , Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah, hal. 27.
[3]Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah, dan Asma’ wa Shifat Allah.   
[4] Nashir bin ‘Abdul Karim al-‘Aql, Buhuuts  fii’Aqidah Ahlis Sunnah wal  jamaa’ah cet. II/ Daarul ‘Ashimah, 1419, hal 11-12 dan Syekh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, ‘Aqiidah Ahlis Sunnah wal  jamaa’ah dan Mujmal Ushul Ahlis Sunnah wal  jamaa’ah fil ‘Aqiidah hal 13-14
[5] Mahmud Shaltut, Akidah dan Syariat Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1994, hlm. XIV.
[6] Masjfuk Zuhdi, Studi Islam jilid 1, Jakarta: Grafindo Persada, 1993, hlm. 7.
[7] A. Ghofir romas, Ilmu Tauhid,  Semarang: Badan Penerbit Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, 1997,  hal. 46.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar