SELAMAT DATANG - SELAMAT MEMBACA - SEMOGA BERMANFAAT - TERIMAKASIH

SELAMAT DATANG - SELAMAT MEMBACA - SEMOGA BERMANFAAT - TERIMAKASIH

Rabu, 21 Oktober 2015

Makalah Bahasa Indonesia



Paragraf dan Alinea
BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Kita sering mendengar istilah paragraf atau alinea. Istilah tersebut sering digunakan, baik dalam percakapan maupun dalam kegiatan-kegiatan pertemuan dalam rapat, diskusi, atau seminar. Mereka yang sering menulis, baik surat, kertas kerja, pelaporan, atau skripsi pasti menggunakan alinea dalam tulisannya. Apabila ditanyakan definisi dari alinea maka akan bervariasi jawabannya. Alinea merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk kita pelajari, karena sangat berpengaruh dalam pembentukan sebuah tulisan yang menarik dan berkualitas.
Bila kita membuat alinea,kita menuliskan sekelompok ide yang terdiri atas ide pokok dan ide bawahan yang merupakan penjelasan tentang ide pokok.Di samping ide pokok ini,terdapat ide pokok lainnya yang masih berkaitan dengan ide pokok pertama.Kedua ide pokok ini merupakan bagian kelompok ide yang lebih besar.Oleh sebab itu,ide pokok yang kedua ini diungkapkan dalam alinea berikutnya yang disertai pula dengan ide pokok bawahan yang berupa penjelasan terhadap ide pokok kedua tadi.Demikianlah seterusnya sehingga kita dapat membuat sebuah karangan yang terdiri atas beberapa alinea yang mengandung kelompok-kelompok ide yang saling berkaitan.
B.     Rumusan masalah
1.      Apakah yang dimaksud paragraf?
2.      Apa sajakah jenis-jenis paragraf?
3.      Apa sajakah syarat-syarat paragraf?
4.      Bagaimana cara mengembangkan paragraf?
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Paragraf
Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dal;am peragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau topik, kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup. Paragraf juga merupakan kesatuan pikiran yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Ia merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah ide.[1]
Dalam upaya menghimpun atau memadukan beberapa kalimat menjadi paragraf, yang perlu diperhatikan adalah kepaduan kalimatnya. Kalimat yang membentuk paragraf harus memperhatikan kesatuan pikiran. Selain itu, kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf harus saling berkaitan dan hanya membicarakan satu gagasan. Bila dalam sebuah paragraf terdapat lebih dari satu gagasan, maka paragraf itu tidak baik dan perlu dipecah menjadi lebih dari satu paragraf. Secara umum paragraf diperlukan untuk mengungkapkan ide yang lebih luas dari kalimat. Dari sudut pandang komposisi, pembicaraan tentang paragraf sebenarnya sudah memasuki kawasan wacana, sebab wacana yang terkecil dimungkinkan berbentuk paragraf. Wacana tidak mungkin berbentuk kalimat.[2]
Karangan secara kasar terbagi dalam beberapa bab dan/atau pasal. Paragraf adalah bagian yang lebih rinci daripada bab-bab atau pasal-pasal. Itulah sebabnya paragraf dapat dikatakan sebagai karangan singkat. Meskipun singkat, oleh karena adanya isi pikiran yang hendak disampaikan, maka paragraf membutuhkan organisasi dan susunan yang khas. Dan oleh karena paragraf merupakan bagian dari bab dan atau pasal, maka antara paragraf yang satu dengan yang lainnya harus saling berhubungan secara berkesinambungan, sehingga sesuai dengan rangka keseluruhan karangan.[3]
B.     Kalimat Topik dan Penjelas
            Topik berarti pokok pembicaraan atau permasalahan, sedangkan topik karangan adalah seuatu hal yang akan digarap menjadi sebuah karangan. Ciri khas topik terletak pada permasalahannya yang masih bersifat umum, seingga diperlukan kalimat yang mengurainya, kalimat tersebut adalah kalimat penjelas.
C.    Jenis-jenis Paragraf
1.      Menurut Fungsi Kalimat Topiknya
a.       Paragraf Deduktif
Paragraf dimana kalimat topik ditempatkan pada awal paragraf , lalu menyusul uraian atau rincian permasalahan paragraf.
Contoh : Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Oleh sebab itu, Indonesia kaya akan hasil laut, antara lain ikan dan mutiara. Selain itu, Indonesia juga kaya akan objek wisata maritim.
b.      Paragraf Induktif
Paragraf dimana kalimat topik ditempatkan pada akhir paragraf. Kalimat penjelasan disajikan terlebih dahulu.
Contoh : Semua orang menyadari bahwa bahasa merupakan sarana pengembangan budaya. Tanpa bahasa, sendi-sendi kehidupan akan lemah. Komunikasi tidak lancar. Informasi tersendat-sendat. Memang bahasa alat komunikasi yang penting, efektif, dan efisien.
c.       Paragraf Deduktif – Induktif
Paragraf dimana kalimat topik ditempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf.
Contoh : Buku merupakan sarana utama dalam mencari ilmu. Dengan buku orang bisa mengetahui ilmu dari berbagai belahan dunia. Dari buku pula kita bisa mendapat hiburan dan menambah pengalaman. Jelaslah bahwa buku sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia.
d.      Paragraf penuh kalimat topik
Paragraf yang mempunyai kalimat-kalimat yang sama pentingnya sehingga tidak satu pun kalimat yang bukan kalimat topik.
Contoh : Matahari belum tinggi benar. Embun masih tampak berkilauan. Warna bunga menjadi sangat indah diterpa sinar matahari. Tampak kupu-kupu dengan berbagai warna terbang dari bunga yang satu ke bunga yang lain. Angin pun semilir terasa menyejukkan hati.[4]
2.      Menurut Fungsi dalam Karangan
a.       Paragraf pembuka yaitu paragraf pengantar untuk sampai pada segala pembicaraan yang akan menyusul kemudian.  Oleh sebab itu, paragraf pembuka harus dapat menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menghubungkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan disajikan selanjutnya. Salah satu cara untuk menarik perhatian ini ialah dengan mengutip pernyataan yang memberikan rangsangan dari para orang terkemuka atau orang yang terkenal. Atau dapat juga dengan cara memulai tulisan dengan peribahasa atau anekdot, dapat juga dengan cara membatasi arti dari pokok atau subjek tulisan, dan menunjukkan betapa pentingnya subjek tulisan, membuat tantangan atas suatu pernyataan atau pendapat, menciptakan suatu kontras yang menarik, mengungkapkan pengalaman pribadi baik yang menyenangkan maupun yang pahit, menyatakan maksud dan tujuan tulisan, memulai tulisan dengan pertanyaan.
b.      Paragraf pengembang atau paragraf penghubung adalah paragraf yang terletak antara paragraf pembuka dengan paragraf yang terakhir di dalam bab atau anak bab. Paragraf ini membicarakan pokok penulisan yang dirancang. Paragraf pengembang mengemukakan inti persoalan yang akan dikemukakan. Oleh karenanya, antara paragraf yang satu dengan paragraf berikutnya harus memperlihatkan hubungan yang serasi dan logis. Paragraf dapat dikembangkan dengan beragam pola paragraf. Fungsi utama paragraf pengembang adalah selain untuk mengemukakan inti persoalan sebagaimana yang telah diungkapkan pada kalimat sebelumnya, juga dapat untuk memberikan ilustrasi atau contoh, menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya, atau meringkas paragraf sebelumnya, serta mempersiapkan dasar atau landasan bagi simpulan.  Paragraf juga dapat dikembangkan dengan cara ekspositoris, atau dengan cara deskriptif, dengan cara naratif, atau dengan cara argumentatif. 
c.      Paragraf penutup merupakan paragraf yang terdapat pada akhir karangan atau pada akhir satu kesatuan yang lebih kecil di dalam karangan itu. Biasanya, paragraf penutup berupa simpulan semua pembicaraan yang telah dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya.  Mengingat paragraf penutup dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan, penyajiannya diharapkan memperhatikan hal-hal berikut ini; sebagai bagian penutup, paragraf ini tidak boleh terlalu panjang, kemudian, isi paragraf harus berupa simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian, dan sebagai bagian yang paling akhir dibaca, hendaknya paragraf ini dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pembaca.  Jadi, karena paragraf penutu hanya terdapat di akhir sebuah teks, isinya dapat berupa kesimpulan dari paragraf pengembang atau dapat juga berupa penegasan kembali tentang hal-hal yang dianggap penting dari paragraf pengembang.[5]
3.      Menurut Sifat Isinya
a.       Paragraf Persuatif
Paragraf yang mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca.
Ciri-cirinya : adanya ajakan atau bujukan untuk berbuat sesuatu.
Contoh : Penggunaan pestisida dan pupuk kimia untuk tanaman dalam jangka waktu lama tidak lagi menyuburkan tanaman dan memberantas hama. Pestisida justru dapat mencemari lingkungan dan menjadikan tanah lebih keras sehingga perlu pengolahan dengan biaya yang tinggi. Oleh sebab itu, hindarilah penggunaan pestisida secara berlebihan.
b.      Paragraf Argumentatif
Paragraf yang membahas suatu masalah dengan bukti-bukti atau alas an yang mendukung..
Ciri-cirinya : ada pendapat dan ada alasan.
Contoh : Menyetop bola dengan dada dan kaki dapat ia lakukan secara sempurna. Tembakan kaki kanan dan kiri tepat arahnya dan keras. Sundulan kepalanya sering memperdayakan kiper lawan. Bola seolah-olah menurut kehendaknya. Larinya cepat bagaikan kijang. Lawan sukar mengambil bola dari kakinya. Operan bolanya tepat dan terarah. Amin benar-benar pemain bola jempol.
c.       Paragraf Naratif
Paragraf yang menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk cerita.
Ciri-cirinya : ada kejadian, ada pelaku dan ada waktu kejadian.
Contohnya : Kemudian mobil meluncur kembali, Nyonya Marta tampak bersandar lesu. Tangannya dibalut dan terikat ke leher. Mobil berhenti di depan rumah. Lalu bawahan suaminya beserta istri-istri mereka pada keluar rumah menyongsong. Tuan Hasan memapah istrinya yang sakit. Sementara bawahan Tuan Hasan saling berlomba menyambut kedatangan Nyonya Marta.
d.      Paragraf Deskriptif
Paragraf yang melukiskan atau memerikan sesuatu.
Ciri-cirinya : ada objek yang digambarkan.
Contoh : Gadis kecil itu. Ia selalu memandangi lautan yang biru. Gulungan riak-riak kecil tak membuatnya bergeming. Hembusan hawa pantai nan panas, tak membuat matanya beralih dari laut. Air pantai terus menyapu lembut kulit kakinya. Deburan suara ombak mengisiki telinganya. Hari itu langit tak berawan. Ia terus memandangi laut. Laut yang semakin biru sampai ambang cakrawala. Ia memandangi nelayan yang tengah menepi. Memandangi pulau kecil nan jauh diseberang sana. Ia benci laut ! gadis itu benci laut, karena disanalah kedua orang tuanya meninggal.
e.       Paragraf Ekspositoris
Paragraf yang memaparkan suatu fakta atau kejadian tertentu.
Ciri-cirinya : adanya informasi.
Contoh : Ozone therapy adalah pengobatan suatu penyakit dengan cara memasukkan oksigen ,urni dan ozon berenergi tinggi ke dalam tubuh melalui darah. Ozone therapy merupakan terapi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, baik untuk menyembuhkan penyakit yang kita derita maupun sebagai pencegah penyakit.[6]
D.    Pembentukan Paragraf
Menyusun paragraf berarti menyampaikan suatu gagasan/pendapat tertentu yang disertai dengan alasan atau bukti tertentu menyusun suatu paragraf, yang baik yang harus memperhatikan beberapa aspek, aspek-aspek tersebut antara lain: ide pokok yang akan dikemukakan harus jelas, semua kalimat yang mendukung paragraf itu secara bersama-sama, mendukung satu ide terdapat kekompakan antara satu kalimat dengan kalimat yang lain yang membentuk paragraf dan kalimat harus tersusun dengan tepat.
Oleh karena itu, lebih memahami apa itu paragraf, bagaimana menyusun sebuah paragraf yang benar serta syarat-syarat apa sajakah yang harus ada dalam membentuk paragraf yang yang baik dan benar, maka karangan disusun agar pengetahuan pembacatentang penyusunan paragraf yang baik dalam menyusun karangan referensinya bersumber tidak hanya dari buku tetapi uga dari media lain seperti E-book, web, blog dan perangkat media yang diambil dari internet.
Adapun tujuan  pembentukan paragaraf adalah:
1.      Untuk memudahkan pengertian dan pemahaman dengan memisahkan fikiran utama yang satu dengan pemikiran utama yang lain.
2.      Untuk memisahkan dan menegaskan perhentian secara waar dan formal untuk memungkinkan kita berhenti lebih lama dari pada akhir kalimat.
E.     Syarat-syarat Pembentukan Paragraf
Suatu paragraf dianggap bermutu dan efektif mengkomunikasikan gagasan yang didukungnya, apabila paragraf itu lengkap. Artinya mengandung pikiran utama dan pikiran penjelas. Disamping itu sama halnya dengan kalimatm paragraf harus memenuhi persyaratan tertentu (Keraf, 1980: 67)
Dalam pembentukan atau penyusunan suatu paragraf diperlukan tiga syarat, yaitu; adanya kesatuan paragraf dan memperhatiakn perkembangan paragraf. Paragraf akan menjadi ideal dan efektif, apabila ketiga persyaratan tersebut telah dipenuhi(Widaghdo, 1997: 86). Berikut penjelasannya:
1.         Kesatuan
Sebuah paragraf harus memeperlihatkan satu kesatuan yang tunggal. Fungsi paragraf adalah mengembangkan suatu topik. Untuk itu, diperlukan  adanya gagasan pokok yang merupakan pengikat paragraf. Tanpa gagasan pokok(yang tidak boleh lebih dari satu buah), paragraf kehilangan perekat dan pemersatu.[7]
Sebuah paragraf dapat dikatakan mempunyai kesatuan, jika seluruh kalimat dalam paragraf hanya membicarakan satu pokok atau satu masalah. Jika dalam sebuah paragraf tedapat kalimat yang menyimpang dari masalah yang sedang dibicarakan, berarti  dalam paragraf itu terdapat lebih dari satu pokok pikiran.[8]
2.         Kepaduan atau Koherensi
Koherensi arti asalnya adalah tangga yang mempersatukan bagian-bagian. Yang dimaksud koherensi dalam syarat kedua ini adalah adanya hubungan yang harmonis, yang memperlihatkan satu kesatuan dan kebersamaan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam sebuah paragraf. Satu paragraf bukanlah merupakan tumpukan atau kumpulan kalimat yang masing-masing berdiri sendiri atau terlepas, tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik.[9]
Ketiadaan koherensi dalam suatu paragraf akan menyulitkan pembaca untuk menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lainnya. Pada gilirannya, pembaca menemui kesukaran untuk memperoleh gagasan pokok yang hendak disampaikan. Dengan kata lain, pembaca susah mendapatkan pemahaman yang baik atas maksud paragraf tersebut.[10]
Menurut Yakub (Yakub, 2009: 37), kepaduan dalam sebuah paragraf dibangun dengan memperhatikan:
a.                  Unsur kebahasaan yang digambarkan dengan:
1)        Repetisi atau pengumpulan kata kunci.
Contoh pemggunaan repetisi:
“Dalam mengajarkan sesuatu, langkah pertama yang perlu kita lakukan adalah menentukan tujuan mengajarkan sesuatu itu. Tanpa adanya tujuan yang sudah ditetapkan, materi yang kita berikan, metode yang kita gunakan, dan evaluasi yang kita susun, tidak akan banyak memberikan mafaat bagi anak didik dalam menerapkan hasil proses belajar-mengajar. Dalam mengetahui tujuan pengajaran, kita dapat menentukan materi yang akan kita ajarkan, metode yang akan kita gunakan, serta bentuk evaluasinya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif”.
      Dalam paragraf diatas, kepaduan didapat dengan mengulang kata kunci yaitu kata yang dianggap penting dalam sebuah paragraf. Kata kunci yang mula-mula timbul ada awal paragraf, kemudian diulang-ulang dalam kalimat berikutnya. Pengulangan ini berfungsi memelihara kepaduan semua kalimat.
2)        Kata ganti
Dalam berbahasa, sebuah kata yang mengacu kepada manusia, benda atau hal tidak akan dipergunakan berulangkali dalam sebuah konteks yang sama. Pengulangan kata yang sama tanpa suatu tujuan yang jelas akan menimbulkan rasa yang kurang enak. Pengulangan hanya diperkenankan kalau kata itu dipentingkan atau mendapat penekanan. Misalnya dalam suatu laporan tentang kejahatan oleh seorang bernama si Amat, akan terasa mengganggu andai kata setiap kalimat berikutnya nama si Amat diulang terus-menerus. Untuk menghindari segi-segi yang negatif dari pengulangan itu, maka setiap bahasa di dunia ini memiki sebuah alat yang dinamakan kata ganti.[11]
Contoh penggunaan kata ganti:
“Dengan penuh kepuasan Pak Marto memandangi hamparan padi yang tumbuh dengan subur. Jerih payahnya tidak sia-sia. Beberapa bula lagi Ia memetik hasilnya. Sudah terbayang dimatanya orang sibuk memotong, memanggul padi berkarung-karung, dan menimbunnya di halaman rumah. Tentu anaknya dan calon menantunya Acep akan ikut bergembira. Hasil panen yang berlimpah itu tentu dapat mengantarkan mereka ke mahligai perkawinan”.
   Kepaduan paragraf di atas dibina dengana menggunakan kata ganti. Kata yang mengacu pada manusia, benda biasanya untuk menghindari kebosanan, diganti dengan kata ganti. Pemakaian kata ganti dalam paragraf di atas berfungsi menjaga kepaduan antara kalimat-kalimat yang membina paragraf.
3)        Kata transisi atau ungkapan penghubung
Selain dengan repetisi dan kata ganti, pertalian antar kalimat atau untuk menyatakan kepaduan dari sebuah paragraf, ada bentuk lain yang sering digunakan yaitu penggunaan kata atau frasa (kelompok kata) dalam bermacam-macam hubungan yang dapat dipakai untuk maksud yang berbeda.[12]
Contoh penggunaan kata transisi:
“Perkuliahan bahasa Indonesia sering sekali membosankan, sehingga tidak mendapat perhatian sama sekali dari mahasiswa. Hal ini disebabkan oleh bahan kuliah yang disajikan dosen sebenarnya merupakan masalah yang sudah diketahui oleh mahasiswa. Disamping itu, mahasiswa yang sudah mempelajari bahasa Indonesia sejak mereka duduk di bangku Sekolah Dasar atau sekurang-kurangnya sudah mempelajari bahasa Indonesia selama sepuluh tahun, merasa sudah mampu menggunakan bahasa Indonesia. Akibatnyam memilih atau menentukan bahan kuliah yang akan diberikan kepada mahasiswa, merupakan kesulitan tersendiri bagi para pengajar bahasa Indonesia”.
Paragraf di atas menggunakan ungkapan penghubung atau kata transisi berupa hal ini, disamping itu, akibatnya kepaduan paragraf terasa sekali, serta urutan kalimat-kalimat dalam paragraf itu logis dan kompak.[13]
Berikut ini memuat tabel contoh kata dan frasa penghubung lengkap dengan fungsinya masing-masing.
Fungsi
Contoh Kata dan Frasa
1.      Menyatakan hubungan akibat/hasil
Akibatnya, karena itu, maka oleh sebab itu, dengan demikian, jadi.
2.      Menyatakan hubungan pertambahan
Berikutnyam demikian juga, kemudian selain itu, lagi pula, selanjutnya, tambahan pula, disamping itu, lalu, begitu juga.
3.      Menyatakan hubungan perbandingan
Dalam hal yang sama, lain halnya dengan, sebaliknya, lebih baik dari itu, berbeda dengan itu.
4.      Menyatakan hubungan petentangan
Akan tetapi, bagaimanapun juga, meskipun begitu, namun, sebaliknya, walaupun demikian, lain halnya.
5.      Menyatakan hubungan tempat
Berdekatan dengan itu, di sini, di seberang sana, tak jauh dari sana, persis di depan, di bawah, di sepanjang.
6.      Menyatakan hubungan tujuan
Agar, untuk/guna, untuk maksud itu.
7.      Menyatakan hubungan waktu
Baru-baru ini, beberapa saat kemudian, mulai, sebelum, segera, sesudah, sejak, ketika, sementara itu.
8.      Menyatakan hubungan singkatan
Singkatnya, pendek kata, ringkasnya, akhirnya, sebagai kesimpulan, dengan kata lain, pada umumnya.

b.    Pemerincian dan urutan isi paragraf
                   Bagaimana cara mengembangkan pikiran utama menjadi sebuah paragraf dan bagaimana hubungan antara pikiran utama dengan pikiran-pikiran penjelas, dilihat dari urutan perinciannya. Perinciannya ini dapat diurut secara kronologis (menurut urutan waktu), secara logis (sebab-akibat, akibat-sebab, khusus-umum, umum-khusus), menurut urutan ruang, menurut proses, dan dapat jugadari sudut pandangan yang satu ke sudut pandang yang lain.[14]
F.     Perkembangan Paragraf
Yang dimaksud dengan pola pengembangan paragaf ialah cara penulis merangkai informasi yang dihimpunnya menurut kerangka dan runtutan tertentu. Informasi dituangkan dalam kalimat kemudian dirangkai secara berurutan dengan wajar dan berpautan dengan tertib.[15] kalimat yang berurutan inilah, nantinya mengarahakan kepada para pembaca mendapatkan pernyataan yang konkret dan gagasan pokok yang holististik (menyeluruh). Alhasil, dalam menjelaskan gagasan pokokharus tetap berpengang pada prinsip kohesi (kesatuan) dan koherensi (kepaduan).
Menulis yang menghasilkan sebuah keruntutan menuntut pengendalian pikiran, emosi dan kemauan. Sehingga dalam hal ini penulis harus bias memenuhi beberapa hal-hal berikut :
1.      Kesabaran (Kosistensi), sehingga penulis tidak melewatkan hal-hal yang penting dan menyajikannya dengan baik.
2.      Ketelitian yang tinggi untuk menghimpun informasi, gagasan dan fakta terkait yang tersebar untuk menghasilkan satu sajian yang utuh,lengkap, dan menarik.
3.      Ketekunan untuk memilah-milih pikiran yang ada dan menghimpunnya menjadi himpunan yang sempurna.
4.      Gigih, penulis hendaknya menuangkan pikirannya sampai tuntas.
5.      Membaca dan menulis kembali naskah sehingga menjadi naskah yang dikonsumsi pembaca.[16]
Perhatikan contoh dibawah ini :
“Berdebat itu berpikir bersama-sama untuk menentukan usulan manakah yang paling tepat diterima. Berdebat merupakan kegiatan berfikir dengan lawan berdebat. Memang, dalam hal memperjuangkannya, peserta debat sering “bertikai”. Akan tetapi, pertikaian itu terjadi hanya terbatas dalam ruang debat. Setelah itu, mereka tetap bersahabat. Hal initelah dicontohkan oleh pendahulu kita dimasa lalu.”
Pola paragraf di atas adalah pola deduktif, yaitu mengemukakan gagasan pokok terlebih dahulu dalam kalimat inti di awal paragraf, kemudian kalimat-kalimat berikutnya memperjelas secara lebih rinci.
Gagasan pokok di atas adalah berdebat itu berpikir bersama-sama untuk menentukan usulan manakah yang paling tepat diterima. Kemudian gagasan ini diperinci dengan kegiatan debat ini adalah kegiatan berfikir dengan lawan debat. Kalimat yang berikutnya pun mengembangkan gagasan pokok tadi dengan runtut yang pada akhirnya menghasilkan sebuah pembelajaran bahwa pertikaian lazim adanya perdebatan. Namun hal itu tidak untuk dijadikan permusuhan ataupun arah negatif lainnya.
Dengan demikian, paragraf tersebut telah memenuhi syarat-syarat sebagai paragraf yang baik dan efektif. Gagasan pokoknya jelas, dikembangkan dengan kalimat penjelas yang kompak dan tidak berbelit-belit.
G.    Mengembangkan Paragraf
Pikiran utama dari sebuah paragraf hanya jelas kalau diperinci dengan pikiran-pikiran penjelas. Tiap pikiran penjelas dapat dituangakan kedalam satu kalimat penjelas atau lebih. Malahan ada kemunkinan, dua pikiran penjelas dituangkan dalam sebuah kalimat penjelas. Tetapi, sebaiknya sebuah pikiran penjelas dituangkan ke dalam sebuah kalimat penjelas. Menurut Yakub (Yakub, 2009: 43), dalam sebuah paragraf terdapat satu pikir utama dan beberapa pikiran penjelas. Inilah yang dinamakan kerangka paragraf.
            Pengembangan paragraf dapat dibedakan berdasarkan teknik dan isi paragraf.
1.      Berdasarkan Teknik
a.       Secara ilmiah:
1)      Urutan ruang dan
2)      Urutan waktu
b.      Klimaks dan antiklimaks
c.       Umum-Khusus
2.      Berdasarkan isi:
a.       Pebandingan dan pertentangan
b.      Contoh-contoh
c.       Sebab-akibat
d.      Definisi luas
e.       Klasifikasi
Dari hal tersebut di atas dapat kita lihat sedikit penjelasannya di bawah ini :
1.      Berdasarkan teknik
a.       Secara Ilmiah
Dalam hal ini penulis sekedar menggunakan pola yang sudah ada pada objek atau kejadian yang dibicarakan. Susunan logis ini mengenal dua macam :
1)      Urutan Waktu ( urutan kronologis)
Pola urutan waktu biasa dipakai untuk memberikan suatu peristiwa atau cara membuat atau melakukan sesuatu selangkah demi selangkah menurut perturutan waktu. Paragraf yang dikembangkan dengan cara ini tidak dijumpai adanya kalimat utama atau kalimat topik. Paragraf seperti ini biasanya digunakan pada paragraf naratif dan prosedural.[17] Misalnya, cara menggukan kosmetik Mayang Terurai dibawah  ini untuk memelihara kesehatan rambut tersusun dengan sendirinya menurut runtutan waktu :
Cara merawat kesehatan rambut dengan komestik Mayang Terurai sangat mudah. Mula-mula keramaslah dengan sempurna. Ambillah sedikit Mayang Terurai, lalu usapkan pada rambt dengan lembut dan perlahan diamkan sebentar. Selanjutnya bilaslah rambut pada rambut sampai bersih, keringlahdan akhirnya tatalah.
Demikianlah petunjuk pelaksanaan sesuatu yang menggunakan paragraf pola urutan waktu yang biasanya  urutan langkah itu ditandai dengan “rambu”  untuk menyatakan runtutan waktu, seperti pertama, mula-mula, kemudian, setelah itu, selanjutnya , dll.
2)      Urutan Ruang
Runtutan ruang dapat dinyatakan secara umum atau dapat pula secara pasti.[18] Pada runtutan ruang secara umum, penulis akan menggunakan kata seperti; di sebelah kiri, sedikit ke atas, agak menjorok kedalam, dll.sedangkan apabila penulis berkeinginan untuk menuliskannya secara pasti maka harus disertakan ukuran benda tersebut, misalnya 10 cm di atasnya, membentuk sudut 45 derajat, dsb.
Contoh pola runtutan ruang secara umum.
Dahi orang utan dewasa miring ke belakang. Di atas matanya yang jeluk terdapat pinggiran tulang yang menganjur. Mulutnya menganjur seperti moncong, dan bibirnya tipis dan prendek.
Sering dijumpai juga pola runtutan ruang berpadu dangan pola runtutan waktu. Pada umumnya tidak mudah untuk menemukan paragraf yang hanya menggunakn pola runtutan waktu atau pola runtutan ruang. Perpaduan antara keduanya terjadi dengan sejajar, sejalan dengan perkara yang di uraikan dengan perkara itu sendiri (membaur). Namun, terkadang penulis menggabungkan keduanya dengan tertib dengan tujuan hendak membantu memudahkan pembaca memaham isi paragraf tersebut. Contoh di bawah ini memperlihatkan sebuah paragraf yang menggabungkan pola ruang dan waktu :
Keluarga yang biasanya makan direstoran hotel ini sangat menarik bagi saya. Sang ayah bertubuh tinggi dan kurus, dan selalu berpakaiann hitam dengan kerah yang kaku. Kepalanya botak dengan berkas rambut kelabu pada kedua sisinya. Matanya yang kecil, bulat dan bersinar, hidunngnya yang pipih, dan mulutnya yang menggaris tegar membuatnya seperti tikus hitam masuk ,lalu ia sendiri masuk diikuti seorang anak pudel dalam sebuah pertunjukan. Setelah sampai di meja makan, sang ayah menunggu hingga isterinya mengambil tempat. Kemudian ia sendiri duduk, dan barulah kedua “anjing pudel” itu boleh memanjat kursi masing-masing. Tidak ada puji sanjung yang keliuar dari mulut laki-laki itu. Istrinya diumoatnya dengan sopan, dan dengan lugas ia berkata kepada kedua anaknya tentang perilaku yang harus mereka patuhi.
Empat kalimat pertama dengan jelas membentuk pola susunan ruang. Kalimat selanjutnya  mengikuti pola runtutan waktu bercampur dengan pola susunan ruang. Kata seperti kemudian, segera itu, menunggu hingga menunjukkan runtutan waktu. Kata seperti menyisi, masuk, diikuti, sampai berhubungan dengan ruang.
b.      Klimaks dan Anti-Klimaks
Klimaks yaitu suatu gagasan utama mula-mula yang diperinci dengan sebuah gagasan bawahan yang dianggap paling rendah kedukdukannya, kemudian berangsur-angsur disusun dengan sebuh gagasan lain hingga ke gagasan yang paling tinggi kedudukannya atau kepentingannya. Dengan kata lain, gagasan-gagasan bawahan disusun sekian macam sehingga gagasan-gagasan berikutnya lebih tinggi kepentingannya dari gagasan sebelumnya.
Contoh: “Bentuk traktor mengalami perkembangan dari jaman ke jaman sejalan dengan kemajuan tekonologi yang dicapai umat manusia. Pada waktu mesin uap sedang jaya-jayanya, ada traktor yang dijalankan dengan uap. Modelnya kira-kira seperti mesin giling yang digerakan oleh uap. Pada waktu tank sedang menjadi pusat perhatian orang, traktor pun ikut-ikutan diberi model seperti tank. “Keturunan” traktor model tank ini sampai sekarang masih digunakan orang, yaitu traktor yang pakai roda rantai. Traktor semacam ini adalah hasil perusahaan Catrepillar. Di samping Caterpillar, Fordpun tidak ketinggalan dalam pembuatan traktor dan alat-alat pertanian lainnya. Jepang tidak mau kalah saing dengan dalam bidang ini. Produksi jepang yang khas di Indonesia terkenal dengan nama padi traktor yang bentuknya sudah mengalami perubahan dari model-model sebelumnya.”
Gagasan utama alinea di atas adalah Bentuk traktor mengalami perkembangan dari jaman ke jaman yang terdapat pada awal alinea. Kemudian diperinci dalam empat gagasan bawahan, yaitu; traktor yang dijalankan dengan uap, traktor yang pakai roda rantai, traktor buatan ford, dan traktor buatan jepang atau padi traktor. gagasan bawahan pertama didukung oleh dua kalimat, gagasan bawah kedua didukung oleh tiga kalimat; sebaliknya gagasan bawahan ketiga hanya didukung oleh satu kalimat. Sebab itu terasa bahwa gagasan ini juga kurang jelas. Gagasan bawahan keempat ditunjang oleh dua kalimat.
Variasi gagasan dari klimaks adalah anti-klimaks, yaitu menulis mulai dari suatu gagasan atau tema yang dianggap paling tinggi kedudukannya, kemudian perlahan-lahan menurun melalui gagasan-gagasan yang lebih rendah.[19]
c.       Umum ke Khusus, Khusus ke Umum
Cara ini lebih dikenal dengan Deduktif (Umum ke Khusus)  dan Induktif (Khusus ke Umum). Dalam Umum ke Khusus, pikiran atau gagasan utama diletakkan pada awal paragraf, kemudian paragaraf – paragraf setelahya memberikan perincian dari awal paragraf tadi. Sedangkan dari Khusus ke Umum, diawali oleh perincian-perician, kemudian diakhiri oleh kalimat utama.
Kriteria – kriteria kalimat inti yang baik adalah :
(1)   Dirumuskan secara menarik.
(2)   Terlihat hubungan yang logis dengan paragraf sebelumnya.
(3)   Dirumuska cukup umum agar dapat dikembangkan dalam paragrafnya.
(4)   Juga dirumuskan secara cukup spesifik, sehingga pembaca tahu apa yang hendak dikemukakan  pengarangnya.

2.      Berdasarkan isi
a)      Perbandingan dan pertentangan
Dalam menyusun sebah paragraf salah satu cara menulis menjelaskan sebuah pemaparan adalah dengan membandingkan atau mempertentangkan dua perkara atau lebih yang disatu pihak memiliki satu kesamaan sedangkan dipihak lain perbedaan. Perbandingan ditandai dengan rambu seperti tetapi, apalagi, berbeda dengan, demikian pula, sedangkan, sementara itu. Di bawah ini contoh paragraf yang dipertentangkan berdasaran kesamaan:
Kita memiliki kesamaan dalam pengalaman memperjuangan kemerdekaan, pengalaman yang dengan mendalam membentuk kesadaran nasional dinegara kita masing-masing. Hubungan kita juga dipererat oleh perjuangkan kita masing-masing untuk membangun suatu negara di wilayah yang demikian luas, yang dihuni oleh kelompok penduduk dengan latar belakang dan agama yang beraneka ragam. Contoh paragraf di atas mengemukakan kesamaan antara Indonesia dengan Amerika.
Adapun contoh paragraf yang dikembangkan melalui perbedaan pandangan:
Pada dasarnya pendidikan berpusat pada tiga segi khuluk manusia, yaitu pikiran, jasmani dan rohani. Dalam bebrapa kurun sejarah perkembangan pikiran jauh lebih diutamakan daripada khuluk yang lain. Barangkali sekarang ini kita memandang ketajaman otak dibidang ilmu dan teknologi sebagai ciri manusia yang paling terdidik. Sementara itu dalam kurun atau ditempat yang penuh malapetaka dan pertengkaran jasmani perkembangan dan kesehatan tubuh dipandang sebagai keharusan untuk dapat bertahan hidup. Masa penjajahan yang gemilang keberbagai penjuru dunia, hijrah, dan kekerasan militer menekankan khuluk jasmani manusia.
b)      Analogi
Analogi biasanya digunakan untuk membandingkan sesuatu yang belum dikenal dengan sesuatu yang sudah dikenal umum.
Pertumbuhan tindak kejahatan plagiarisme di Inodnesia terus bertumbuh pesat. Hal ini didukung dengan semakin majunya teknologi zaman sekarang yang memudahkan orang untuk mengcopy-paste karya orang lain. Baru saja ada yang terjerat kasus tesebut dan kini sudah semakin banyak tersangka lain yang terus menghebohkan dunia hak cipta sebuah karya. Sama halnya seperti pepatah mati satu tumbuh seribu . Begitulah juga keadaaan kejahatan plagiarisme di negara ini yang terus tumbuh pesat dan merugikan banyak orang.

c)      Contoh-contoh
Pola ini digunakan untuk memberikan penjelasan secara konkrit kepada pembaca dari sebuah generalisasi yang masih bersifat umum.
Contoh: Ilmu dan teknologi memberikan sumbangannya kepada perbaikan produksi pertanian dengan berbagai cara yang penting. Pupuk yang diracik secara ilmiah membuat tanah pertanian menjadi lebih produktif. Insektisida dan pestisida yang diterapkan denga berkala pada tanaman yang sedang tumbuh secara berpilih memusnahkan berbagai jenis hama dan serangga yang merusak.
Kegunaan pupuk di atas merupakan contoh konkrit dari sumbangan ilmu dan teknologi terhadap produksi pertanian.
d)     Sebab Akibat
Dalam hal ini “sebab” berfungsi sebagi pikiran utama, dan “akibat” sebagai penjelas atau begitu juga sebaliknya. Akibat yang dijadikan sebagai pkiran utama akan mengemukakan sejumlah penyebab sebagai perinciannya.
Contoh: Manusia zaman dulu menyadari bahwa tenaga jasmaninya tidak mampu untuk melakukan segala aktifitas denga mudah. Maka diciptakanlah berbagai macam alat untuk mempermudah aktifitas tersebut.
e)      Definisi luas
Pola paragraf ini digunakan penulis untuk memberikan batasan tentang suatu hal.
Contoh: Handphone adalah alat telekomunikasi yang mudah untuk dibawa kemana-mana. Handphone dapat mempermudah manusia dalam berkomunikasi jarak jauh, misalnya SMS, MMS, telepon maupun video call . Di zaman yang sudah canggih ini handphone sudah dilengkapi denga banyak fitur menarik sehingga handphone juga tidak hanya digunakan untuk berkomunikasi, tetapi juga dapat mencari informaasi. Internet, game, GPS adalah sebagian kecil dari banyak fitur yang ditawarkan. Maka dari itu, handphone sudah akrab dengan tangan manusia.
f)       Klasifikasi
Pola pengembangan karangan ini adalah dengan mengelompokkan hal-hal yang memiliki kesamaan  dan biasanya diperinci kedalam kelompok yang lebih kecil lagi.
Contoh: Seorang pengusaha yang sukses harus memiliki dua keunggulan dari pegawai negeri. Pertama, kerajinan pengusaha dalam bekerja ditinjau dari uang, karena dari rajin tersebut pengusaha dapat memperolah uang. Kedua, keuntungan pengusaha jauh lebih besar daripada pegawai negeri, karena pegawai negeri hanya mempunyai keuntungan yang tetap. Maka dari itu, jadilah pengusaha rajin yang dapat memperoleh uang banyak dari kerajinan bekerja.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan materi-materi yang telah dipaparkan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau topik, kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup.
2.      Jenis-jenis paragraf berdasarkan topik ; paragraf Deduktif, paragraf Induktif, paragraf Deduktif-Induktif, dan paragraf penuh kalimat topik.
3.      Menurut fungsi dalam karangan; Paragraf pembuka,Paragraf pengembang atau paragraf penghubung,dan  Paragraf penutup.
4.      Menurut sifat isinya; Paragraf Persuatif,Paragraf Argumentatif,Paragraf Naratif,Paragraf Deskriptif, dan Paragraf Ekspositoris.
5.      Syarat-syarat pembentukan paragraf; Kesatuan dan Kepaduan atau Koherensi
6.      Pengembangan paragraf dapat dibedakan berdasarkan teknik dan isi paragraf.
7.      Berdasarkan teknik; a).Secara ilmiah: Urutan ruang dan Urutan waktu b).Klimaks dan antiklimaks dan c).Umum-Khusus
8.        Berdasarkan isi: Pebandingan dan pertentangan, Contoh-contoh, Sebab-akibat, Definisi luas, dan Klasifikasi.
Daftar Pustaka
Adjatsakri, Bangun paragraph bahasa Indonesia, (Bandung: ITB, 1992)
Al-Kumai, Sulaiman, Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku, (Semarang: PPB IAIN Walisongo, 2014)
S, Widjono, Bahasa Indonesia mata kuliah pengembangan kepribadian di perguruan tinggi, (grasindo)
https://agiboyz.wordpress.com/2012/10/30/tugas-soft-skill-5-pengertian-paragraf-dan-alinea/
http://herlifpedia.blogspot.com/2014/04/macam-macam-paragraf-dan-contohnya.html
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0CCMQFjAB&url=http%3A%2F%2Ffile.upi.edu%2FDirektori%2FFPBS%2FJUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA%2F196711031993032-NOVI_RESMINI%2FPENGEMBANGAN_PARAGRAF.pdf&ei=1YZ9VMX_C8mjugTL_oHYCQ&usg=AFQjCNH5J595T28Imjg0UfiObb_rjSGBhw&bvm=bv.80642063,d.c2E
https://iaibcommunity.wordpress.com/2008/05/15/klimaks-anti-klimaks/


[1] Sulaiman al-Kumai, Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku, (Semarang: PPB IAIN Walisongo, 2014), hal. 166
[2] Sulaiman al-Kumai, Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku, (Semarang: PPB IAIN Walisongo, 2014), hal. 167
[3] Sulaiman al-Kumai, Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku, (Semarang: PPB IAIN Walisongo, 2014), hal. 167
[4] https://agiboyz.wordpress.com/2012/10/30/tugas-soft-skill-5-pengertian-paragraf-dan-alinea/, diakses pada 03 Desember 2014 pukul 20:24
[5] http://herlifpedia.blogspot.com/2014/04/macam-macam-paragraf-dan-contohnya.html, diakses pada 03 Desember 2014 pukul 19:37
[6] https://agiboyz.wordpress.com/2012/10/30/tugas-soft-skill-5-pengertian-paragraf-dan-alinea/, diakses pada 03 Desember 2014 pukul 19:37
[7] Sulaiman al-Kumai, Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku, (Semarang: PPB IAIN Walisongo, 2014), hal. 188
[8] Sulaiman al-Kumai, Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku, (Semarang: PPB IAIN Walisongo, 2014), hal. 188
[9] Sulaiman al-Kumai, Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku, (Semarang: PPB IAIN Walisongo, 2014), hal. 190
[10] Sulaiman al-Kumai, Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku, (Semarang: PPB IAIN Walisongo, 2014), hal. 191
[11] Sulaiman al-Kumai, Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku, (Semarang: PPB IAIN Walisongo, 2014), hal. 191
[12] Sulaiman al-Kumai, Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku, (Semarang: PPB IAIN Walisongo, 2014), hal. 192
[13] Sulaiman al-Kumai, Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku, (Semarang: PPB IAIN Walisongo, 2014), hal. 193
[14] Sulaiman al-Kumai, Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku, (Semarang: PPB IAIN Walisongo, 2014), hal. 197
[15]Adjatsakri, Bangun paragraph bahasa Indonesia, (Bandung: ITB, 1992), hal. 11
[16]Widjono S, Bahasa Indonesia mata kuliah pengembangan kepribadian di perguruan tinggi, (grasindo), hal. 189
[17]http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0CCMQFjAB&url=http%3A%2F%2Ffile.upi.edu%2FDirektori%2FFPBS%2FJUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA%2F196711031993032-NOVI_RESMINI%2FPENGEMBANGAN_PARAGRAF.pdf&ei=1YZ9VMX_C8mjugTL_oHYCQ&usg=AFQjCNH5J595T28Imjg0UfiObb_rjSGBhw&bvm=bv.80642063,d.c2E diakses 02 desember 2014 pukul 16:40
[18] Adjatsakri, Bangun paragraph bahasa Indonesia, (Bandung: ITB, 1992), hal. 13
[19] https://iaibcommunity.wordpress.com/2008/05/15/klimaks-anti-klimaks/ diakses 03/12/2014 pukul 13:25

Tidak ada komentar:

Posting Komentar