Paragraf dan Alinea
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Kita sering mendengar istilah
paragraf atau alinea. Istilah tersebut sering digunakan, baik dalam percakapan
maupun dalam kegiatan-kegiatan pertemuan dalam rapat, diskusi, atau seminar.
Mereka yang sering menulis, baik surat, kertas kerja, pelaporan, atau skripsi
pasti menggunakan alinea dalam tulisannya. Apabila ditanyakan definisi dari
alinea maka akan bervariasi jawabannya. Alinea merupakan salah satu hal yang
sangat penting untuk kita pelajari, karena sangat berpengaruh dalam pembentukan
sebuah tulisan yang menarik dan berkualitas.
Bila kita membuat alinea,kita
menuliskan sekelompok ide yang terdiri atas ide pokok dan ide bawahan yang
merupakan penjelasan tentang ide pokok.Di samping ide pokok ini,terdapat ide
pokok lainnya yang masih berkaitan dengan ide pokok pertama.Kedua ide pokok ini
merupakan bagian kelompok ide yang lebih besar.Oleh sebab itu,ide pokok yang
kedua ini diungkapkan dalam alinea berikutnya yang disertai pula dengan ide
pokok bawahan yang berupa penjelasan terhadap ide pokok kedua tadi.Demikianlah
seterusnya sehingga kita dapat membuat sebuah karangan yang terdiri atas
beberapa alinea yang mengandung kelompok-kelompok ide yang saling berkaitan.
B.
Rumusan masalah
1.
Apakah yang dimaksud paragraf?
2.
Apa sajakah jenis-jenis paragraf?
3.
Apa sajakah syarat-syarat paragraf?
4.
Bagaimana cara mengembangkan
paragraf?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Paragraf
Paragraf
merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam paragraf
terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dal;am
peragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau topik,
kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup. Paragraf juga merupakan kesatuan
pikiran yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Ia merupakan himpunan
dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk
sebuah ide.[1]
Dalam upaya
menghimpun atau memadukan beberapa kalimat menjadi paragraf, yang perlu
diperhatikan adalah kepaduan kalimatnya. Kalimat yang membentuk paragraf harus
memperhatikan kesatuan pikiran. Selain itu, kalimat-kalimat dalam sebuah
paragraf harus saling berkaitan dan hanya membicarakan satu gagasan. Bila dalam
sebuah paragraf terdapat lebih dari satu gagasan, maka paragraf itu tidak baik
dan perlu dipecah menjadi lebih dari satu paragraf. Secara umum paragraf
diperlukan untuk mengungkapkan ide yang lebih luas dari kalimat. Dari sudut
pandang komposisi, pembicaraan tentang paragraf sebenarnya sudah memasuki
kawasan wacana, sebab wacana yang terkecil dimungkinkan berbentuk paragraf.
Wacana tidak mungkin berbentuk kalimat.[2]
Karangan secara
kasar terbagi dalam beberapa bab dan/atau pasal. Paragraf adalah bagian yang
lebih rinci daripada bab-bab atau pasal-pasal. Itulah sebabnya paragraf dapat
dikatakan sebagai karangan singkat. Meskipun singkat, oleh karena adanya isi
pikiran yang hendak disampaikan, maka paragraf membutuhkan organisasi dan
susunan yang khas. Dan oleh karena paragraf merupakan bagian dari bab dan atau
pasal, maka antara paragraf yang satu dengan yang lainnya harus saling
berhubungan secara berkesinambungan, sehingga sesuai dengan rangka keseluruhan
karangan.[3]
B. Kalimat Topik
dan Penjelas
Topik berarti pokok
pembicaraan atau permasalahan, sedangkan topik karangan adalah seuatu hal yang
akan digarap menjadi sebuah karangan. Ciri khas topik terletak pada
permasalahannya yang masih bersifat umum, seingga diperlukan kalimat yang
mengurainya, kalimat tersebut adalah kalimat penjelas.
C.
Jenis-jenis
Paragraf
1. Menurut Fungsi Kalimat Topiknya
a.
Paragraf Deduktif
Paragraf dimana kalimat topik
ditempatkan pada awal paragraf , lalu menyusul uraian atau rincian permasalahan
paragraf.
Contoh : Indonesia dikenal sebagai
negara maritim. Oleh sebab itu, Indonesia kaya akan hasil laut, antara lain
ikan dan mutiara. Selain itu, Indonesia juga kaya akan objek wisata maritim.
b.
Paragraf Induktif
Paragraf dimana kalimat topik
ditempatkan pada akhir paragraf. Kalimat penjelasan disajikan terlebih dahulu.
Contoh : Semua orang menyadari
bahwa bahasa merupakan sarana pengembangan budaya. Tanpa bahasa, sendi-sendi
kehidupan akan lemah. Komunikasi tidak lancar. Informasi tersendat-sendat.
Memang bahasa alat komunikasi yang penting, efektif, dan efisien.
c.
Paragraf Deduktif – Induktif
Paragraf dimana kalimat topik
ditempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf.
Contoh : Buku merupakan sarana
utama dalam mencari ilmu. Dengan buku orang bisa mengetahui ilmu dari berbagai
belahan dunia. Dari buku pula kita bisa mendapat hiburan dan menambah
pengalaman. Jelaslah bahwa buku sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia.
d.
Paragraf penuh kalimat topik
Paragraf yang mempunyai
kalimat-kalimat yang sama pentingnya sehingga tidak satu pun kalimat yang bukan
kalimat topik.
Contoh : Matahari belum tinggi
benar. Embun masih tampak berkilauan. Warna bunga menjadi sangat indah diterpa
sinar matahari. Tampak kupu-kupu dengan berbagai warna terbang dari bunga yang
satu ke bunga yang lain. Angin pun semilir terasa menyejukkan hati.[4]
2. Menurut Fungsi dalam Karangan
a. Paragraf
pembuka yaitu paragraf pengantar untuk sampai pada segala pembicaraan yang
akan menyusul kemudian. Oleh sebab itu, paragraf pembuka harus dapat
menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menghubungkan pikiran
pembaca kepada masalah yang akan disajikan selanjutnya. Salah satu cara untuk
menarik perhatian ini ialah dengan mengutip pernyataan yang memberikan
rangsangan dari para orang terkemuka atau orang yang terkenal. Atau dapat juga
dengan cara memulai tulisan dengan peribahasa atau anekdot, dapat juga dengan
cara membatasi arti dari pokok atau subjek tulisan, dan menunjukkan betapa
pentingnya subjek tulisan, membuat tantangan atas suatu pernyataan atau pendapat,
menciptakan suatu kontras yang menarik, mengungkapkan pengalaman pribadi baik
yang menyenangkan maupun yang pahit, menyatakan maksud dan tujuan tulisan,
memulai tulisan dengan pertanyaan.
b. Paragraf
pengembang atau paragraf penghubung adalah paragraf yang terletak antara
paragraf pembuka dengan paragraf yang terakhir di dalam bab atau anak
bab. Paragraf ini membicarakan pokok penulisan yang dirancang. Paragraf
pengembang mengemukakan inti persoalan yang akan dikemukakan. Oleh karenanya,
antara paragraf yang satu dengan paragraf berikutnya harus memperlihatkan
hubungan yang serasi dan logis. Paragraf dapat dikembangkan dengan beragam pola
paragraf. Fungsi utama paragraf pengembang adalah selain untuk mengemukakan
inti persoalan sebagaimana yang telah diungkapkan pada kalimat sebelumnya, juga
dapat untuk memberikan ilustrasi atau contoh, menjelaskan hal yang akan
diuraikan pada paragraf berikutnya, atau meringkas paragraf sebelumnya, serta
mempersiapkan dasar atau landasan bagi simpulan. Paragraf juga dapat
dikembangkan dengan cara ekspositoris, atau dengan cara deskriptif, dengan cara
naratif, atau dengan cara argumentatif.
c. Paragraf
penutup merupakan paragraf yang terdapat pada akhir karangan atau pada
akhir satu kesatuan yang lebih kecil di dalam karangan itu. Biasanya, paragraf
penutup berupa simpulan semua pembicaraan yang telah dipaparkan pada
bagian-bagian sebelumnya. Mengingat paragraf penutup dimaksudkan untuk
mengakhiri karangan atau bagian karangan, penyajiannya diharapkan memperhatikan
hal-hal berikut ini; sebagai bagian penutup, paragraf ini tidak boleh terlalu
panjang, kemudian, isi paragraf harus berupa simpulan sementara atau simpulan
akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian, dan sebagai bagian yang paling
akhir dibaca, hendaknya paragraf ini dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi
pembaca. Jadi, karena paragraf penutu hanya terdapat di akhir sebuah
teks, isinya dapat berupa kesimpulan dari paragraf pengembang atau dapat juga
berupa penegasan kembali tentang hal-hal yang dianggap penting dari paragraf
pengembang.[5]
3. Menurut Sifat Isinya
a. Paragraf
Persuatif
Paragraf yang mempromosikan sesuatu
dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca.
Ciri-cirinya : adanya ajakan atau
bujukan untuk berbuat sesuatu.
Contoh
: Penggunaan pestisida dan pupuk
kimia untuk tanaman dalam jangka waktu lama tidak lagi menyuburkan tanaman dan
memberantas hama. Pestisida justru dapat mencemari lingkungan dan menjadikan
tanah lebih keras sehingga perlu pengolahan dengan biaya yang tinggi. Oleh
sebab itu, hindarilah penggunaan pestisida secara berlebihan.
b.
Paragraf Argumentatif
Paragraf yang membahas suatu
masalah dengan bukti-bukti atau alas an yang mendukung..
Ciri-cirinya : ada pendapat dan ada
alasan.
Contoh : Menyetop bola dengan dada
dan kaki dapat ia lakukan secara sempurna. Tembakan kaki kanan dan kiri tepat
arahnya dan keras. Sundulan kepalanya sering memperdayakan kiper lawan. Bola
seolah-olah menurut kehendaknya. Larinya cepat bagaikan kijang. Lawan sukar
mengambil bola dari kakinya. Operan bolanya tepat dan terarah. Amin benar-benar
pemain bola jempol.
c.
Paragraf Naratif
Paragraf yang menuturkan peristiwa
atau keadaan dalam bentuk cerita.
Ciri-cirinya : ada kejadian, ada
pelaku dan ada waktu kejadian.
Contohnya : Kemudian mobil meluncur
kembali, Nyonya Marta tampak bersandar lesu. Tangannya dibalut dan terikat ke
leher. Mobil berhenti di depan rumah. Lalu bawahan suaminya beserta istri-istri
mereka pada keluar rumah menyongsong. Tuan Hasan memapah istrinya yang sakit.
Sementara bawahan Tuan Hasan saling berlomba menyambut kedatangan Nyonya Marta.
d.
Paragraf Deskriptif
Paragraf yang melukiskan atau
memerikan sesuatu.
Ciri-cirinya : ada objek yang
digambarkan.
Contoh : Gadis kecil itu. Ia selalu
memandangi lautan yang biru. Gulungan riak-riak kecil tak membuatnya bergeming.
Hembusan hawa pantai nan panas, tak membuat matanya beralih dari laut. Air
pantai terus menyapu lembut kulit kakinya. Deburan suara ombak mengisiki
telinganya. Hari itu langit tak berawan. Ia terus memandangi laut. Laut yang
semakin biru sampai ambang cakrawala. Ia memandangi nelayan yang tengah menepi.
Memandangi pulau kecil nan jauh diseberang sana. Ia benci laut ! gadis itu
benci laut, karena disanalah kedua orang tuanya meninggal.
e.
Paragraf Ekspositoris
Paragraf yang memaparkan suatu
fakta atau kejadian tertentu.
Ciri-cirinya : adanya informasi.
Contoh : Ozone therapy adalah
pengobatan suatu penyakit dengan cara memasukkan oksigen ,urni dan ozon
berenergi tinggi ke dalam tubuh melalui darah. Ozone therapy merupakan terapi
yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, baik untuk menyembuhkan penyakit yang
kita derita maupun sebagai pencegah penyakit.[6]
D.
Pembentukan
Paragraf
Menyusun
paragraf berarti menyampaikan suatu gagasan/pendapat tertentu yang disertai
dengan alasan atau bukti tertentu menyusun suatu paragraf, yang baik yang harus
memperhatikan beberapa aspek, aspek-aspek tersebut antara lain: ide pokok yang
akan dikemukakan harus jelas, semua kalimat yang mendukung paragraf itu secara
bersama-sama, mendukung satu ide terdapat kekompakan antara satu kalimat dengan
kalimat yang lain yang membentuk paragraf dan kalimat harus tersusun dengan
tepat.
Oleh karena
itu, lebih memahami apa itu paragraf, bagaimana menyusun sebuah paragraf yang
benar serta syarat-syarat apa sajakah yang harus ada dalam membentuk paragraf
yang yang baik dan benar, maka karangan disusun agar pengetahuan pembacatentang
penyusunan paragraf yang baik dalam menyusun karangan referensinya bersumber tidak
hanya dari buku tetapi uga dari media lain seperti E-book, web, blog dan
perangkat media yang diambil dari internet.
Adapun tujuan pembentukan
paragaraf adalah:
1.
Untuk
memudahkan pengertian dan pemahaman dengan memisahkan fikiran utama yang satu
dengan pemikiran utama yang lain.
2.
Untuk
memisahkan dan menegaskan perhentian secara waar dan formal untuk memungkinkan
kita berhenti lebih lama dari pada akhir kalimat.
E.
Syarat-syarat
Pembentukan Paragraf
Suatu paragraf
dianggap bermutu dan efektif mengkomunikasikan gagasan yang didukungnya,
apabila paragraf itu lengkap. Artinya mengandung pikiran utama dan pikiran
penjelas. Disamping itu sama halnya dengan kalimatm paragraf harus memenuhi
persyaratan tertentu (Keraf, 1980: 67)
Dalam
pembentukan atau penyusunan suatu paragraf diperlukan tiga syarat, yaitu;
adanya kesatuan paragraf dan memperhatiakn perkembangan paragraf. Paragraf akan
menjadi ideal dan efektif, apabila ketiga persyaratan tersebut telah
dipenuhi(Widaghdo, 1997: 86). Berikut penjelasannya:
1.
Kesatuan
Sebuah paragraf
harus memeperlihatkan satu kesatuan yang tunggal. Fungsi paragraf adalah
mengembangkan suatu topik. Untuk itu, diperlukan adanya gagasan pokok yang merupakan pengikat
paragraf. Tanpa gagasan pokok(yang tidak boleh lebih dari satu buah), paragraf
kehilangan perekat dan pemersatu.[7]
Sebuah paragraf
dapat dikatakan mempunyai kesatuan, jika seluruh kalimat dalam paragraf hanya
membicarakan satu pokok atau satu masalah. Jika dalam sebuah paragraf tedapat
kalimat yang menyimpang dari masalah yang sedang dibicarakan, berarti dalam paragraf itu terdapat lebih dari satu
pokok pikiran.[8]
2.
Kepaduan
atau Koherensi
Koherensi arti
asalnya adalah tangga yang mempersatukan bagian-bagian. Yang dimaksud koherensi
dalam syarat kedua ini adalah adanya hubungan yang harmonis, yang
memperlihatkan satu kesatuan dan kebersamaan antara satu kalimat dengan kalimat
lainnya dalam sebuah paragraf. Satu paragraf bukanlah merupakan tumpukan atau
kumpulan kalimat yang masing-masing berdiri sendiri atau terlepas, tetapi
dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik.[9]
Ketiadaan
koherensi dalam suatu paragraf akan menyulitkan pembaca untuk menghubungkan
satu kalimat dengan kalimat lainnya. Pada gilirannya, pembaca menemui kesukaran
untuk memperoleh gagasan pokok yang hendak disampaikan. Dengan kata lain,
pembaca susah mendapatkan pemahaman yang baik atas maksud paragraf tersebut.[10]
Menurut Yakub
(Yakub, 2009: 37), kepaduan dalam sebuah paragraf dibangun dengan memperhatikan:
a.
Unsur
kebahasaan yang digambarkan dengan:
1)
Repetisi
atau pengumpulan kata kunci.
Contoh pemggunaan repetisi:
“Dalam mengajarkan sesuatu, langkah pertama yang perlu kita lakukan
adalah menentukan tujuan
mengajarkan sesuatu itu. Tanpa adanya tujuan
yang sudah ditetapkan, materi yang kita berikan, metode yang kita gunakan, dan
evaluasi yang kita susun, tidak akan banyak memberikan mafaat bagi anak didik
dalam menerapkan hasil proses belajar-mengajar. Dalam mengetahui tujuan pengajaran, kita dapat
menentukan materi yang akan kita ajarkan, metode yang akan kita gunakan, serta
bentuk evaluasinya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif”.
Dalam paragraf diatas, kepaduan didapat
dengan mengulang kata kunci yaitu kata yang dianggap penting dalam sebuah paragraf.
Kata kunci yang mula-mula timbul ada awal paragraf, kemudian diulang-ulang
dalam kalimat berikutnya. Pengulangan ini berfungsi memelihara kepaduan semua
kalimat.
2)
Kata
ganti
Dalam
berbahasa, sebuah kata yang mengacu kepada manusia, benda atau hal tidak akan
dipergunakan berulangkali dalam sebuah konteks yang sama. Pengulangan kata yang
sama tanpa suatu tujuan yang jelas akan menimbulkan rasa yang kurang enak.
Pengulangan hanya diperkenankan kalau kata itu dipentingkan atau mendapat
penekanan. Misalnya dalam suatu laporan tentang kejahatan oleh seorang bernama
si Amat, akan terasa mengganggu andai kata setiap kalimat berikutnya nama si
Amat diulang terus-menerus. Untuk menghindari segi-segi yang negatif dari
pengulangan itu, maka setiap bahasa di dunia ini memiki sebuah alat yang
dinamakan kata ganti.[11]
Contoh penggunaan kata ganti:
“Dengan penuh kepuasan Pak
Marto memandangi hamparan padi yang tumbuh dengan subur. Jerih payahnya
tidak sia-sia. Beberapa bula lagi Ia
memetik hasilnya. Sudah terbayang dimatanya orang sibuk memotong, memanggul
padi berkarung-karung, dan menimbunnya di halaman rumah. Tentu anaknya dan calon menantunya Acep akan ikut bergembira.
Hasil panen yang berlimpah itu tentu dapat mengantarkan mereka ke mahligai
perkawinan”.
Kepaduan paragraf di atas dibina dengana
menggunakan kata ganti. Kata yang mengacu pada manusia, benda biasanya untuk
menghindari kebosanan, diganti dengan kata ganti. Pemakaian kata ganti dalam
paragraf di atas berfungsi menjaga kepaduan antara kalimat-kalimat yang membina
paragraf.
3)
Kata
transisi atau ungkapan penghubung
Selain dengan
repetisi dan kata ganti, pertalian antar kalimat atau untuk menyatakan kepaduan
dari sebuah paragraf, ada bentuk lain yang sering digunakan yaitu penggunaan
kata atau frasa (kelompok kata) dalam bermacam-macam hubungan yang dapat
dipakai untuk maksud yang berbeda.[12]
Contoh
penggunaan kata transisi:
“Perkuliahan
bahasa Indonesia sering sekali membosankan, sehingga tidak mendapat perhatian
sama sekali dari mahasiswa. Hal ini disebabkan oleh bahan kuliah yang disajikan
dosen sebenarnya merupakan masalah yang sudah diketahui oleh mahasiswa.
Disamping itu, mahasiswa yang sudah mempelajari bahasa Indonesia sejak mereka
duduk di bangku Sekolah Dasar atau sekurang-kurangnya sudah mempelajari bahasa
Indonesia selama sepuluh tahun, merasa sudah mampu menggunakan bahasa
Indonesia. Akibatnyam memilih atau menentukan bahan kuliah yang akan diberikan
kepada mahasiswa, merupakan kesulitan tersendiri bagi para pengajar bahasa
Indonesia”.
Paragraf di atas menggunakan ungkapan penghubung
atau kata transisi berupa hal ini, disamping itu, akibatnya kepaduan paragraf
terasa sekali, serta urutan kalimat-kalimat dalam paragraf itu logis dan
kompak.[13]
Berikut ini memuat tabel contoh kata dan frasa penghubung lengkap dengan
fungsinya masing-masing.
Fungsi
|
Contoh Kata dan Frasa
|
1.
Menyatakan
hubungan akibat/hasil
|
Akibatnya, karena itu, maka oleh sebab itu, dengan demikian,
jadi.
|
2.
Menyatakan
hubungan pertambahan
|
Berikutnyam demikian juga, kemudian selain itu, lagi pula, selanjutnya,
tambahan pula, disamping itu, lalu, begitu juga.
|
3.
Menyatakan
hubungan perbandingan
|
Dalam hal yang sama, lain halnya dengan, sebaliknya, lebih baik
dari itu, berbeda dengan itu.
|
4.
Menyatakan
hubungan petentangan
|
Akan tetapi, bagaimanapun juga, meskipun begitu, namun,
sebaliknya, walaupun demikian, lain halnya.
|
5.
Menyatakan
hubungan tempat
|
Berdekatan dengan itu, di sini, di seberang sana, tak jauh dari
sana, persis di depan, di bawah, di sepanjang.
|
6.
Menyatakan
hubungan tujuan
|
Agar, untuk/guna, untuk maksud itu.
|
7.
Menyatakan
hubungan waktu
|
Baru-baru ini, beberapa saat kemudian, mulai, sebelum, segera,
sesudah, sejak, ketika, sementara itu.
|
8.
Menyatakan
hubungan singkatan
|
Singkatnya, pendek kata, ringkasnya, akhirnya, sebagai
kesimpulan, dengan kata lain, pada umumnya.
|
b.
Pemerincian
dan urutan isi paragraf
Bagaimana
cara mengembangkan pikiran utama menjadi sebuah paragraf dan bagaimana hubungan
antara pikiran utama dengan pikiran-pikiran penjelas, dilihat dari urutan
perinciannya. Perinciannya ini dapat diurut secara kronologis (menurut urutan
waktu), secara logis (sebab-akibat, akibat-sebab, khusus-umum, umum-khusus),
menurut urutan ruang, menurut proses, dan dapat jugadari sudut pandangan yang
satu ke sudut pandang yang lain.[14]
F.
Perkembangan Paragraf
Yang dimaksud dengan pola pengembangan paragaf ialah cara penulis merangkai informasi yang dihimpunnya menurut kerangka dan runtutan tertentu.
Informasi dituangkan dalam kalimat kemudian dirangkai secara berurutan dengan wajar dan berpautan dengan tertib.[15] kalimat
yang berurutan inilah, nantinya mengarahakan kepada para pembaca mendapatkan pernyataan yang konkret dan gagasan pokok
yang holististik (menyeluruh). Alhasil, dalam menjelaskan gagasan pokokharus tetap berpengang pada prinsip kohesi
(kesatuan) dan koherensi (kepaduan).
Menulis yang menghasilkan sebuah keruntutan menuntut pengendalian pikiran,
emosi dan kemauan.
Sehingga dalam hal ini penulis harus bias memenuhi beberapa hal-hal berikut
:
1.
Kesabaran
(Kosistensi), sehingga penulis tidak melewatkan hal-hal yang penting dan menyajikannya dengan baik.
2.
Ketelitian
yang tinggi untuk menghimpun informasi, gagasan dan fakta terkait yang tersebar untuk menghasilkan satu sajian
yang utuh,lengkap, dan menarik.
3.
Ketekunan untuk memilah-milih pikiran
yang ada dan menghimpunnya menjadi himpunan
yang sempurna.
4.
Gigih,
penulis hendaknya menuangkan pikirannya sampai tuntas.
Perhatikan contoh dibawah ini
:
“Berdebat itu berpikir bersama-sama untuk menentukan usulan manakah yang paling tepat diterima. Berdebat merupakan kegiatan berfikir dengan lawan berdebat. Memang,
dalam hal memperjuangkannya,
peserta debat sering
“bertikai”. Akan tetapi, pertikaian itu terjadi hanya terbatas dalam ruang debat.
Setelah itu,
mereka tetap bersahabat. Hal
initelah dicontohkan oleh pendahulu kita dimasa lalu.”
Pola paragraf di atas adalah pola deduktif, yaitu mengemukakan gagasan pokok terlebih dahulu dalam kalimat inti
di awal paragraf, kemudian kalimat-kalimat berikutnya memperjelas secara lebih rinci.
Gagasan pokok di atas adalah berdebat itu berpikir bersama-sama untuk menentukan usulan manakah
yang paling tepat diterima. Kemudian gagasan ini diperinci dengan kegiatan debat ini adalah kegiatan berfikir dengan lawan debat. Kalimat yang berikutnya pun mengembangkan gagasan pokok tadi dengan runtut yang
pada akhirnya
menghasilkan sebuah pembelajaran bahwa pertikaian lazim adanya perdebatan. Namun hal itu tidak untuk dijadikan permusuhan ataupun arah negatif lainnya.
Dengan demikian,
paragraf tersebut telah memenuhi syarat-syarat sebagai paragraf yang baik dan efektif. Gagasan pokoknya jelas, dikembangkan dengan kalimat penjelas yang kompak dan tidak berbelit-belit.
G.
Mengembangkan Paragraf
Pikiran utama dari
sebuah paragraf hanya jelas kalau diperinci dengan pikiran-pikiran penjelas.
Tiap pikiran penjelas dapat dituangakan kedalam satu kalimat penjelas atau
lebih. Malahan ada kemunkinan, dua pikiran penjelas dituangkan dalam sebuah
kalimat penjelas. Tetapi, sebaiknya sebuah pikiran penjelas dituangkan ke dalam
sebuah kalimat penjelas. Menurut Yakub (Yakub, 2009: 43), dalam sebuah paragraf
terdapat satu pikir utama dan beberapa pikiran penjelas. Inilah
yang dinamakan kerangka paragraf.
Pengembangan
paragraf dapat dibedakan berdasarkan teknik dan isi paragraf.
1.
Berdasarkan Teknik
a.
Secara ilmiah:
1)
Urutan ruang dan
2)
Urutan waktu
b. Klimaks dan antiklimaks
c. Umum-Khusus
2.
Berdasarkan isi:
a.
Pebandingan dan pertentangan
b.
Contoh-contoh
c.
Sebab-akibat
d.
Definisi luas
e.
Klasifikasi
Dari hal tersebut di atas dapat kita lihat sedikit
penjelasannya di bawah ini :
1. Berdasarkan teknik
a. Secara Ilmiah
Dalam hal ini penulis sekedar menggunakan pola yang sudah ada pada objek
atau kejadian yang dibicarakan. Susunan logis ini mengenal dua macam :
1) Urutan Waktu ( urutan kronologis)
Pola urutan waktu biasa dipakai untuk memberikan suatu peristiwa atau cara
membuat atau melakukan sesuatu selangkah demi selangkah menurut perturutan
waktu. Paragraf
yang dikembangkan dengan cara ini tidak dijumpai adanya kalimat utama atau kalimat topik. Paragraf seperti ini biasanya digunakan pada paragraf naratif dan prosedural.[17] Misalnya, cara menggukan kosmetik Mayang Terurai dibawah ini untuk memelihara kesehatan rambut
tersusun dengan sendirinya menurut runtutan waktu :
Cara merawat kesehatan rambut dengan komestik Mayang Terurai sangat mudah.
Mula-mula keramaslah dengan sempurna. Ambillah sedikit Mayang Terurai, lalu
usapkan pada rambt dengan lembut dan perlahan diamkan sebentar. Selanjutnya
bilaslah rambut pada rambut sampai bersih, keringlahdan akhirnya tatalah.
Demikianlah petunjuk pelaksanaan sesuatu yang menggunakan
paragraf pola urutan waktu yang biasanya
urutan langkah itu ditandai dengan “rambu” untuk menyatakan runtutan waktu, seperti pertama, mula-mula, kemudian, setelah itu,
selanjutnya , dll.
2)
Urutan Ruang
Runtutan ruang dapat dinyatakan secara umum atau
dapat pula secara pasti.[18] Pada
runtutan ruang secara umum, penulis akan menggunakan kata seperti; di sebelah
kiri, sedikit ke atas, agak menjorok kedalam, dll.sedangkan apabila penulis
berkeinginan untuk menuliskannya secara pasti maka harus disertakan ukuran
benda tersebut, misalnya 10 cm di atasnya, membentuk sudut 45 derajat, dsb.
Contoh pola runtutan ruang secara umum.
Dahi orang utan dewasa miring ke belakang. Di atas
matanya yang jeluk terdapat pinggiran tulang yang menganjur. Mulutnya menganjur
seperti moncong, dan bibirnya tipis dan prendek.
Sering dijumpai juga pola
runtutan ruang berpadu dangan pola runtutan waktu. Pada umumnya tidak mudah
untuk menemukan paragraf yang hanya menggunakn pola runtutan waktu atau pola
runtutan ruang. Perpaduan antara keduanya terjadi dengan sejajar, sejalan
dengan perkara yang di uraikan dengan perkara itu sendiri (membaur). Namun,
terkadang penulis menggabungkan keduanya dengan tertib dengan tujuan hendak
membantu memudahkan pembaca memaham isi paragraf tersebut. Contoh di bawah ini
memperlihatkan sebuah paragraf yang menggabungkan pola ruang dan waktu :
Keluarga yang biasanya makan
direstoran hotel ini sangat menarik bagi saya. Sang ayah bertubuh tinggi dan
kurus, dan selalu berpakaiann hitam dengan kerah yang kaku. Kepalanya botak
dengan berkas rambut kelabu pada kedua sisinya. Matanya yang kecil, bulat dan
bersinar, hidunngnya yang pipih, dan mulutnya yang menggaris tegar membuatnya
seperti tikus hitam masuk ,lalu ia sendiri masuk diikuti seorang anak pudel
dalam sebuah pertunjukan. Setelah sampai di meja makan, sang ayah menunggu
hingga isterinya mengambil tempat. Kemudian ia sendiri duduk, dan barulah kedua
“anjing pudel” itu boleh memanjat kursi masing-masing. Tidak ada puji sanjung
yang keliuar dari mulut laki-laki itu. Istrinya diumoatnya dengan sopan, dan
dengan lugas ia berkata kepada kedua anaknya tentang perilaku yang harus mereka
patuhi.
Empat kalimat pertama dengan
jelas membentuk pola susunan ruang. Kalimat selanjutnya mengikuti pola runtutan waktu bercampur
dengan pola susunan ruang. Kata seperti kemudian, segera itu, menunggu hingga
menunjukkan runtutan waktu. Kata seperti menyisi, masuk, diikuti, sampai
berhubungan dengan ruang.
b. Klimaks dan Anti-Klimaks
Klimaks
yaitu suatu gagasan utama mula-mula yang diperinci dengan sebuah gagasan
bawahan yang dianggap paling rendah kedukdukannya, kemudian berangsur-angsur
disusun dengan sebuh gagasan lain hingga ke gagasan yang paling tinggi
kedudukannya atau kepentingannya. Dengan kata lain, gagasan-gagasan bawahan
disusun sekian macam sehingga gagasan-gagasan berikutnya lebih tinggi
kepentingannya dari gagasan sebelumnya.
Contoh: “Bentuk traktor mengalami perkembangan dari jaman
ke jaman sejalan dengan kemajuan tekonologi yang dicapai umat manusia. Pada
waktu mesin uap sedang jaya-jayanya, ada traktor yang dijalankan dengan uap.
Modelnya kira-kira seperti mesin giling yang digerakan oleh uap. Pada waktu
tank sedang menjadi pusat perhatian orang, traktor pun ikut-ikutan diberi model
seperti tank. “Keturunan” traktor model tank ini sampai sekarang masih
digunakan orang, yaitu traktor yang pakai roda rantai. Traktor semacam ini
adalah hasil perusahaan Catrepillar. Di samping Caterpillar, Fordpun tidak
ketinggalan dalam pembuatan traktor dan alat-alat pertanian lainnya. Jepang
tidak mau kalah saing dengan dalam bidang ini. Produksi jepang yang khas di
Indonesia terkenal dengan nama padi traktor yang bentuknya sudah
mengalami perubahan dari model-model sebelumnya.”
Gagasan utama alinea di atas adalah Bentuk
traktor mengalami perkembangan dari jaman ke jaman yang terdapat pada awal
alinea. Kemudian diperinci dalam empat gagasan bawahan, yaitu; traktor yang
dijalankan dengan uap, traktor yang pakai roda rantai, traktor buatan ford, dan
traktor buatan jepang atau padi traktor. gagasan bawahan pertama
didukung oleh dua kalimat, gagasan bawah kedua didukung oleh tiga kalimat;
sebaliknya gagasan bawahan ketiga hanya didukung oleh satu kalimat. Sebab itu
terasa bahwa gagasan ini juga kurang jelas. Gagasan bawahan keempat ditunjang
oleh dua kalimat.
Variasi gagasan dari klimaks adalah anti-klimaks,
yaitu menulis mulai dari suatu gagasan atau tema yang dianggap paling
tinggi kedudukannya, kemudian perlahan-lahan menurun melalui gagasan-gagasan yang
lebih rendah.[19]
c. Umum
ke Khusus, Khusus ke Umum
Cara ini lebih dikenal dengan Deduktif (Umum ke
Khusus) dan Induktif (Khusus ke Umum).
Dalam Umum ke Khusus, pikiran atau gagasan utama diletakkan pada awal paragraf,
kemudian paragaraf – paragraf setelahya memberikan perincian dari awal paragraf
tadi. Sedangkan dari Khusus ke Umum, diawali oleh perincian-perician, kemudian
diakhiri oleh kalimat utama.
Kriteria – kriteria kalimat inti yang baik adalah :
(1)
Dirumuskan secara menarik.
(2)
Terlihat hubungan yang logis dengan paragraf
sebelumnya.
(3)
Dirumuska cukup umum agar dapat dikembangkan dalam
paragrafnya.
(4)
Juga dirumuskan secara cukup spesifik, sehingga
pembaca tahu apa yang hendak dikemukakan
pengarangnya.
2.
Berdasarkan isi
a) Perbandingan
dan pertentangan
Dalam menyusun sebah paragraf salah satu cara
menulis menjelaskan sebuah pemaparan adalah dengan membandingkan atau
mempertentangkan dua perkara atau lebih yang disatu pihak memiliki satu
kesamaan sedangkan dipihak lain perbedaan. Perbandingan ditandai dengan rambu
seperti tetapi, apalagi, berbeda dengan, demikian pula, sedangkan, sementara
itu. Di bawah ini contoh paragraf yang dipertentangkan berdasaran kesamaan:
Kita memiliki kesamaan dalam pengalaman
memperjuangan kemerdekaan, pengalaman yang dengan mendalam membentuk kesadaran
nasional dinegara kita masing-masing. Hubungan kita juga dipererat oleh
perjuangkan kita masing-masing untuk membangun suatu negara di wilayah yang
demikian luas, yang dihuni oleh kelompok penduduk dengan latar belakang dan agama
yang beraneka ragam. Contoh paragraf di atas mengemukakan kesamaan antara
Indonesia dengan Amerika.
Adapun contoh paragraf yang dikembangkan melalui
perbedaan pandangan:
Pada dasarnya pendidikan berpusat pada tiga segi
khuluk manusia, yaitu pikiran, jasmani dan rohani. Dalam bebrapa kurun sejarah
perkembangan pikiran jauh lebih diutamakan daripada khuluk yang lain.
Barangkali sekarang ini kita memandang ketajaman otak dibidang ilmu dan
teknologi sebagai ciri manusia yang paling terdidik. Sementara itu dalam kurun
atau ditempat yang penuh malapetaka dan pertengkaran jasmani perkembangan dan
kesehatan tubuh dipandang sebagai keharusan untuk dapat bertahan hidup. Masa
penjajahan yang gemilang keberbagai penjuru dunia, hijrah, dan kekerasan
militer menekankan khuluk jasmani manusia.
b)
Analogi
Analogi biasanya digunakan untuk membandingkan
sesuatu yang belum dikenal dengan sesuatu yang sudah dikenal umum.
Pertumbuhan tindak kejahatan plagiarisme di
Inodnesia terus bertumbuh pesat. Hal ini didukung dengan semakin majunya
teknologi zaman sekarang yang memudahkan orang untuk mengcopy-paste karya orang lain. Baru saja ada yang terjerat kasus
tesebut dan kini sudah semakin banyak tersangka lain yang terus menghebohkan
dunia hak cipta sebuah karya. Sama halnya seperti pepatah mati satu tumbuh
seribu . Begitulah juga keadaaan kejahatan plagiarisme di negara ini yang terus
tumbuh pesat dan merugikan banyak orang.
c)
Contoh-contoh
Pola ini digunakan untuk memberikan penjelasan
secara konkrit kepada pembaca dari sebuah generalisasi yang masih bersifat
umum.
Contoh: Ilmu dan teknologi memberikan sumbangannya
kepada perbaikan produksi pertanian dengan berbagai cara yang penting. Pupuk
yang diracik secara ilmiah membuat tanah pertanian menjadi lebih produktif.
Insektisida dan pestisida yang diterapkan denga berkala pada tanaman yang
sedang tumbuh secara berpilih memusnahkan berbagai jenis hama dan serangga yang
merusak.
Kegunaan pupuk di atas merupakan contoh konkrit
dari sumbangan ilmu dan teknologi terhadap produksi pertanian.
d)
Sebab Akibat
Dalam hal ini “sebab” berfungsi sebagi pikiran
utama, dan “akibat” sebagai penjelas atau begitu juga sebaliknya. Akibat yang
dijadikan sebagai pkiran utama akan mengemukakan sejumlah penyebab sebagai
perinciannya.
Contoh: Manusia zaman dulu menyadari bahwa tenaga
jasmaninya tidak mampu untuk melakukan segala aktifitas denga mudah. Maka
diciptakanlah berbagai macam alat untuk mempermudah aktifitas tersebut.
e)
Definisi luas
Pola paragraf ini digunakan penulis untuk
memberikan batasan tentang suatu hal.
Contoh: Handphone adalah alat telekomunikasi yang
mudah untuk dibawa kemana-mana. Handphone dapat mempermudah manusia dalam
berkomunikasi jarak jauh, misalnya SMS, MMS, telepon maupun video call . Di zaman yang sudah canggih
ini handphone sudah dilengkapi denga banyak fitur menarik sehingga handphone
juga tidak hanya digunakan untuk berkomunikasi, tetapi juga dapat mencari
informaasi. Internet, game, GPS adalah sebagian kecil dari banyak fitur yang
ditawarkan. Maka dari itu, handphone sudah akrab dengan tangan manusia.
f)
Klasifikasi
Pola pengembangan karangan ini adalah dengan
mengelompokkan hal-hal yang memiliki kesamaan
dan biasanya diperinci kedalam kelompok yang lebih kecil lagi.
Contoh: Seorang pengusaha yang sukses harus
memiliki dua keunggulan dari pegawai negeri. Pertama, kerajinan pengusaha dalam bekerja ditinjau dari uang,
karena dari rajin tersebut pengusaha dapat memperolah uang. Kedua, keuntungan pengusaha jauh lebih
besar daripada pegawai negeri, karena pegawai negeri hanya mempunyai keuntungan
yang tetap. Maka dari itu, jadilah pengusaha rajin yang dapat memperoleh uang
banyak dari kerajinan bekerja.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan materi-materi yang telah
dipaparkan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah
karangan. Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh
semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat
utama atau topik, kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup.
2. Jenis-jenis paragraf berdasarkan topik ; paragraf Deduktif, paragraf
Induktif, paragraf Deduktif-Induktif, dan paragraf penuh kalimat topik.
3. Menurut fungsi dalam karangan; Paragraf pembuka,Paragraf pengembang atau paragraf penghubung,dan Paragraf penutup.
4. Menurut sifat isinya; Paragraf Persuatif,Paragraf Argumentatif,Paragraf Naratif,Paragraf Deskriptif, dan Paragraf Ekspositoris.
5.
Syarat-syarat pembentukan paragraf; Kesatuan dan Kepaduan atau Koherensi
6.
Pengembangan paragraf dapat dibedakan berdasarkan teknik dan
isi paragraf.
7.
Berdasarkan teknik;
a).Secara ilmiah: Urutan ruang dan Urutan waktu b).Klimaks dan antiklimaks dan c).Umum-Khusus
8.
Berdasarkan isi: Pebandingan dan pertentangan, Contoh-contoh, Sebab-akibat, Definisi luas, dan Klasifikasi.
Daftar Pustaka
Adjatsakri, Bangun
paragraph bahasa Indonesia, (Bandung: ITB, 1992)
Al-Kumai, Sulaiman, Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku, (Semarang: PPB IAIN Walisongo,
2014)
S, Widjono, Bahasa
Indonesia mata kuliah pengembangan kepribadian di perguruan tinggi, (grasindo)
https://agiboyz.wordpress.com/2012/10/30/tugas-soft-skill-5-pengertian-paragraf-dan-alinea/
http://herlifpedia.blogspot.com/2014/04/macam-macam-paragraf-dan-contohnya.html
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0CCMQFjAB&url=http%3A%2F%2Ffile.upi.edu%2FDirektori%2FFPBS%2FJUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA%2F196711031993032-NOVI_RESMINI%2FPENGEMBANGAN_PARAGRAF.pdf&ei=1YZ9VMX_C8mjugTL_oHYCQ&usg=AFQjCNH5J595T28Imjg0UfiObb_rjSGBhw&bvm=bv.80642063,d.c2E
https://iaibcommunity.wordpress.com/2008/05/15/klimaks-anti-klimaks/
[1] Sulaiman al-Kumai, Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku, (Semarang: PPB IAIN Walisongo,
2014), hal. 166
[2] Sulaiman al-Kumai, Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku, (Semarang: PPB IAIN Walisongo,
2014), hal. 167
[3] Sulaiman al-Kumai, Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku, (Semarang: PPB IAIN Walisongo,
2014), hal. 167
[4] https://agiboyz.wordpress.com/2012/10/30/tugas-soft-skill-5-pengertian-paragraf-dan-alinea/, diakses pada 03 Desember 2014 pukul 20:24
[5] http://herlifpedia.blogspot.com/2014/04/macam-macam-paragraf-dan-contohnya.html,
diakses pada 03 Desember 2014 pukul 19:37
[6] https://agiboyz.wordpress.com/2012/10/30/tugas-soft-skill-5-pengertian-paragraf-dan-alinea/,
diakses pada 03 Desember 2014 pukul 19:37
[7] Sulaiman al-Kumai, Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku, (Semarang: PPB IAIN Walisongo,
2014), hal. 188
[8] Sulaiman al-Kumai, Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku, (Semarang: PPB IAIN Walisongo,
2014), hal. 188
[9] Sulaiman al-Kumai, Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku, (Semarang: PPB IAIN Walisongo,
2014), hal. 190
[10] Sulaiman al-Kumai, Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku, (Semarang: PPB IAIN Walisongo,
2014), hal. 191
[11] Sulaiman al-Kumai, Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku, (Semarang: PPB IAIN Walisongo,
2014), hal. 191
[12] Sulaiman al-Kumai, Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku, (Semarang: PPB IAIN Walisongo,
2014), hal. 192
[13] Sulaiman al-Kumai, Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku, (Semarang: PPB IAIN Walisongo,
2014), hal. 193
[14] Sulaiman al-Kumai, Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku, (Semarang: PPB IAIN Walisongo,
2014), hal. 197
[16]Widjono S, Bahasa Indonesia mata kuliah pengembangan kepribadian
di perguruan tinggi, (grasindo), hal. 189
[17]http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0CCMQFjAB&url=http%3A%2F%2Ffile.upi.edu%2FDirektori%2FFPBS%2FJUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA%2F196711031993032-NOVI_RESMINI%2FPENGEMBANGAN_PARAGRAF.pdf&ei=1YZ9VMX_C8mjugTL_oHYCQ&usg=AFQjCNH5J595T28Imjg0UfiObb_rjSGBhw&bvm=bv.80642063,d.c2E diakses 02 desember 2014 pukul 16:40
[19] https://iaibcommunity.wordpress.com/2008/05/15/klimaks-anti-klimaks/ diakses 03/12/2014 pukul 13:25
Tidak ada komentar:
Posting Komentar